Gedung Putih 'Pindah' ke Twitter Setelah Trump Pecat Penasihatnya

| 11 Sep 2019 11:13
Gedung Putih 'Pindah' ke Twitter Setelah Trump Pecat Penasihatnya
Gedung Putih (Sumber: Wikimedia)
Jakarta, era.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pemecatan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton lewat Twitternya. Dengan cara yang sama, Bolton mengklarifikasi kabar itu. Kicauan lain dilakukan oleh mantan direktur komunikasi Gedung Putih, Anthony Scaramucci. Rentetan twit itu cukup menggambarkan kondisi terhangat Gedung Putih.

Keputusan Trump sejatinya tak begitu mengejutkan. Sejak lama, Trump dan Bolton kerap berbeda pandangan dalam banyak proses pengambilan kebijakan terkait keamanan AS. Trump sendiri akan mengumumkan pengganti Bolton pada pekan depan.

 

Lewat kicauannya, Bolton menanggapi pengumuman Trump. Ia menolak disebut dipecat. Menurut Bolton, malam sebelum keputusan diambil, ia telah lebih dulu menawarkan pengunduran diri dari jajaran pejabat di Gedung Putih.

Pesan ini turut Bolton sampaikan kepada media massa. Ia mengirim pesan ke sejumlah jurnalis untuk memperkuat argumen itu. Dalam telewicara bersama Fox News, Bolton mengatakan kepada pembawa acara, Brian Kilmeade: Tolong tegaskan, saya mengundurkan diri.

 

Sepanjang masa pemerintahan Trump, Bolton jadi penasihat keamanan nasional ketiga yang dilengserkan, setelah Michael Flynn dan HR McMaster. Bolton sendiri dikenal sebagai sosok kontroversial.

Bolton kerap mendorong kebijakan 'anti-perdamaian' untuk AS. Usai dipecat, Bolton turut mengirim pesan pada jurnalis Washington Post, Robert Costa. Bolton mengatakan, segalanya ia lakukan dengan tujuan mulia, yakni memperkuat kembali keamanan AS.

Anthony Scaramucci, mantan direktur komunikasi di Gedung Putih turut menanggapi situasi ini. Dalam kicauannya, Scaramucci menyebut Trump sebagai horor yang siap meneror pejabat-pejabat Gedung Putih dengan pemecatan-pemecatan sepihaknya.

 

Mengendurnya tekanan terhadap Iran

Benturan Bolton dan Trump sudah terjadi sejak ia menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional AS pada April 2018. Kebijakan keras yang kerap disuarakan Bolton dianggap tak cocok dengan Trump yang mengusung kebijakan America First.

Bolton adalah salah satu yang paling keras menentang rencana Trump untuk menghentikan rencana penarikan pasukan. Bolton juga dilaporkan berkali-kali membujuk Trump untuk penerjunan militer di wilayah Timur Tengah.

Selain itu, di saat Trump terlihat sedang memperbaiki hubungan dengan Kim Jong Un, Bolton justru jadi yang paling depan mendorong agar AS memperkuat tekanan terhadap Korea Utara.

Bolton juga jadi yang paling santer menyuarakan penolakan atas rencana pertemuan rahasia Trump dengan Taliban di fasilitas kepresidenan Camp David. Ia juga menyatakan sikap berlawanan dengan sikap Trump menahan diri untuk tak menyerang Iran.

Presiden Iran Hassan Rouhani (Sumber: Wikimedia)

Iran sendiri menyambut gembira pemecatan Bolton. Hesameddin Ashena, penasihat presiden Hassan Rouhani menyebut tersingkirkannya Bolton sebagai tanda bahwa AS telah kalah dengan strategi mereka sendiri, yakni melakukan tekanan terhadap Iran.

"Marginalisasi John Bolton dan terdepaknya dia bukanlah kecelakaan. Melainkan bukti kekalahan strategi menekan AS kepada Iran ... Tidak diragukan bahwa Iran mampu mengubah pendekatan AS. Kami tidak akan mundur. Blokade terhadap kami akan berakhir," ujar Ashena di Twitter.

Bagi Iran, sosok Bolton adalah momok. Bolton dikenal sebagai yang terdepan menjadikan Iran objek sanksi sejak 2018. Sanksi itu diberikan setelah Trump secara sepihak memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 yang digagas pendahulunya, Barack Obama.

Tak lama sejak pemecatan Bolton, Menteri Keuangan Steven Mnuchin menyatakan Trump siap bertemu dengan Rouhani tanpa prasyarat apapun. "Beliau senang jika bisa bertemu tanpa prasyarat. Tapi, kami akan mempertahankan kampanye tekanan maksimum kami," jelas Mnuchin dikutip dari Kompas, Rabu (11/9/2019).

Rekomendasi