ERA.id - Donald Trump sempat mengobrol dengan beberapa rekan kerjanya mengenai kemungkinan dirinya membentuk sebuah partai politik baru, demikian dilaporkan Wall Street Journal (20/1/2021) mengutip beberapa orang yang mengetahui langsung hal tersebut.
Trump membicarakan hal tersebut dengan beberapa penasihatnya dan orang-orang dekatnya pekan lalu, kata sumber WSJ. Ia juga berkeinginan menamai partainya sebagai "Patriot Party".
Sejumlah pihak melihat langkah Trump sebagai upaya mempertahankan pengaruhnya meski sudah tidak menjadi presiden AS lagi.
Hal ini terjadi di tengah relasi yang meruncing antara Trump dengan beberapa koleganya di Partai Republik, termasuk kepala faksi mayoritas di Senat AS, Mitch McConnell, yang pada Selasa berkata kalau Trump patut dipersalahkan karena ucapan-ucapannya telah memicu aksi pemberontakan di Gedung Capitol, Washington, pada 6 Januari.
Sepuluh anggota DPR AS dari Partai Republik bahkan mendukung upaya pemakzulan Trump, yang proposalnya didukung penuh oleh politisi lawan, yaitu Partai Demokrat.
Namun, beberapa jajak pendapat menunjukkan Trump masih memiliki basis pendukung yang kuat.
Richard Wolffe, kolumnis The Guardian, menyatakan basis pendukung Trump bersedia mengikuti kemauan sang taipan real-estate yang menang Pilpres AS pada 2016 ini. Pendukung Trump akan dengan setia "menghancurkan norma-norma demokrasi dan diplomasi, sekaligus meruncingkan perbedaan rasial dan sosial."
Sebuah jajak pendapat dari Quinnipiac University menunjukkan bahwa tingkat popularitas Trump telah anjlok menjadi 33 persen. Namun, di kalangan pendukung Partai Republik, ia masih mendapat dukungan 71 persen.
Masih belum jelas seberapa serius Trump dalam mengupayakan pendirian partai politik barunya, sesuatu yang membutuhkan banyak waktu dan pendanaan. Gedung Putih pun menolak berkomentar mengenai informasi ini, seperti dilaporkan WSJ.
Partai alternatif umumnya jarang berhasil meraup dukungan yang substansial untuk bisa maju hingga pemilihan umum di AS. Upaya memulai partai baru juga kemungkinan besar akan dijegal oleh sejumlah petinggi Partai Republik, yang bakal keberatan jika Trump menggerus dukungan suara terhadap partai mereka.