Tentang Semangat Habibie dan Ikatan Syal Ainun

| 13 Sep 2019 10:06
Tentang Semangat Habibie dan Ikatan Syal Ainun
BJ Habibie (Instagram/B.JHAbibie)
Jakarta, era.id - Presiden ke-3 RI Bachruddin Jusuf (BJ) Habibie ternyata masih bersemangat untuk mengikuti perkembangan zaman, meski saat itu dirinya tengah dirawat di Paviliun Kartika RSPAD Gatot Subroto sebelum akhirnya meninggal dunia.

Hal ini diceritakan oleh asisten pribadi (aspri) Habibie, Rubijanto. Menurutnya, saat masih dirawat di rumah sakit sebelum mendapatkan perawatan intensif, Habibie sempat meminta dirinya membawakan telepon genggam bahkan laptop miliknya.

Sebab, Habibie masih bersemangat dan menganggap hanya fisiknya saja yang sakit namun otaknya masih bisa dan mampu bekerja dengan baik.

"Sebelum beliau dipanggil, masih minta handphone bahwasannya mengatakan 'Rubi, saya bisa gila nih karena saya harus berinteraksi dengan dunia luar'," kata Rubijanto di kediaman Habibie, Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019) malam.

Eks Menteri Riset dan Teknologi era Soeharto ini meminta handphone dan laptopnya untuk dibawa ke rumah sakit, agar dia bisa membalas pesan yang dikirimkan untuknya.

"Berapa WA masuk ke saya harus balasnya dan harus saya jawab. Berapa email ke saya, saya harus buka dan saya harus jawab," ujar Rubijanto meniru kata-kata Habibie saat itu.

"Beliau masih berpikir kepada kepentingan nasional dan kepentingan internasional," imbuhnya.

Rubijanto yang mendampingi Habibie selama di rumah sakit mengaku kagum dengan semangat atasannya tersebut. Sebab, meski tubuhnya terbaring di rumah sakit, Habibie tetap memikirkan masa depan bangsa.

"Bapak masih setiap hari berpikir untuk wawasan bangsa indonesia ini. Jadi beliau sangat-sangat care dengan anak cucu intelektual, beliau sebut selalu anak cucu intelektual," ungkapnya.

Syal Ainun

Selain mengungkap keinginan Habibie yang meski sakit terhubung dengan dunia luar, Rubijanto juga mengatakan hingga akhir hayatnya, Habibie selalu menggunakan syal milik Ainun Besari yang lebih dulu meninggalkannya pada tahun 2010.

Selendang ini, Rubijanto bilang jadi barang kesayangan Habibie yang tidak boleh jauh darinya. "Selendang yang beliau pakai adalah selendang Ibu Ainun. Sejak awal dipakai Bu Ainun sampai dengan terakhir bapak wafat selalu ada diselendangkan di lehernya. Itu sampai akhir hayat bapak," kata dia.

Rubijanto mengatakan, ada kisah panjang cinta antara Habibie dan Ainun yang membuat syal itu jadi istimewa. Hanya saja, dia saat itu tidak mau menceritakannya.

Sebab, dirinya masih merasa lelah karena mengikuti prosesi pemakaman yang berlangsung sejak Rabu (11/9) malam hingga Kamis (12/9) malam. "Nanti saja ya, saya belum istirahat," ungkapnya sambil tersenyum kecil.

Dia kemudian menjelaskan, sepeninggalan Habibie, seluruh barang yang merupakan milik negara untuk dikembalikan. Sedangkan, barang milik pribadi seperti buku yang jumlahnya hingga ribuan di Perpustakaan Wisma Habibie-Ainun di kediaman bisa dimanfaatkan untuk publik.

"Kalau perpustakaan itu konsep awalnya memang terbuka untuk umum. Tapi umum terbatas. ... Jadi nanti siapapun bisa connect dengan online, tapi harus menjadi keanggotaan dulu," jelasnya.

Terakhir, sebelum meninggal dunia, Habibie juga berpesan untuk keluarganya besarnya agar mereka selalu rukun sepeninggalan dirinya. "Kepada keluarga ya layaknya orang tua berpesan agar anaknya, mantu, cucu, rukun, termasuk kami-kami ya tetap harus menjaga beliau, termasuk menjaga keluarganya dan sebagainya," ungkapnya.

BJ Habibie wafat dalam usia 83 tahun di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat pada Rabu (11/9/2019) pukul 18.05 WIB setelah mendapatkan perawatan intensif setelah kondisi kesehatannya menurun.

Setelah disemayamkan di rumah duka di Jalan Patra XIII, Jakarta Pusat, Habibie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan tepat di sebelah pusara mendiang istrinya, Ainun. Prosesi pemakamannya dilakukan secara militer dan dipimpin Presiden Jokowi.

Rekomendasi