Jakarta, era.id - Membawa tajuk "Janji Tinggal Janji", Tempo mengangkat ilustrasi Presiden Jokowi berlatar siluet makhluk berhidung panjang mirip Pinokio sebagai sampul depan majalah. Ilustrasi ini diprotes, Tempo dituduh melakukan penghinaan terhadap presiden. Tempo telah menampik, meski klarifikasi itu tak meredakan keriuhan. Salahkah Tempo? Dan siapa Pinokio?
Immanuel Ebenezer bersama belasan orang lain mendatangi Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (16/9). Berbekal poster-poster bergambar sampul Tempo, mereka memprotes karya jurnalistik edisi 16-22 September itu. Tak cuma protes, Immanuel yang memimpin kelompok massa bernama Jokowi Mania juga melaporkan Tempo atas dugaan pelanggaran kode etik.
"Kami ingin melaporkan Majalah Tempo ke Dewan Pers. Kami melihat bahwa narasi yang diciptakan Tempo seakan Presiden Jokowi tidak berpihak terhadap pemberantasan korupsi. Dan gambar tentang Pinokio, itu kan penghinaan terhadap negara, simbol negara," kata Immanuel dikutip dari CNN, Rabu (18/9/2019).
Dalam kesempatan itu, Immanuel mendesak Tempo untuk meminta maaf dan memberi penjelasan kepada masyarakat. Tak cuma itu, Jokowi Mania juga meminta Tempo menarik edisi "Janji Tinggal Janji" dari peredaran. "Tuntutan kami cuma minta Tempo untuk menarik edisi majalah ini. Kedua, kami minta klarifikasi dari Tempo. Ketiga, Tempo untuk meminta maaf," tutur Immanuel.
Protes juga dilayangkan PDI Perjuangan (PDIP), partai politik pengusung Jokowi. Sekjen partai, Hasto Kristiyanto menyebut Tempo bertindak tak etis dan melanggar kesopanan. Menurut Hasto, kritik yang dilayangkan Tempo soal sikap Jokowi terhadap revisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK tak tepat. Jokowi, baginya telah mengambil keputusan tepat dengan mendukung revisi sejumlah pasal terkait pemberantasan korupsi itu.
"Saya mendapat informasi soal media massa tertentu yang secara kurang etis menampilkan karikatur bergambar Jokowi dan pinokio. Dari aspek etika tidak memenuhi ketentuan sopan-santun," kata Hasto ditulis Antara.
Ilustrasi Tempo (Instagram/kendraparamita)
Klarifikasi Tempo
Tempo telah mengklarifikasi. Mereka menolak disebut menghina kepala negara. Menurut Redaktur Eksekutif Majalah Tempo Setri Yasra, pihaknya tak berniat menggambarkan Jokowi sebagai Pinokio. Ilustrasi dalam sampul "Janji Tinggal Janji", menurut Setri adalah metafora terkait dinamika masyarakat soal revisi UU KPK.
Setri menuturkan, gambar Jokowi dalam sampul tersebut diadaptasi dari respons sejumlah pegiat antikorupsi yang menganggap Jokowi telah mengingkari janji dan komitmennya terhadap pemberantasan korupsi. Tempo juga menolak sampulnya disebut serangan terhadap pribadi Jokowi. Menurutnya, Tempo telah memenuhi cover both sides dalam penggarapan karya jurnalistik ini.
"Tempo tidak pernah bermaksud menghina kepala negara sebagaimana dituduhkan berbagai pihak lewat media sosial. Tempo juga tidak berniat menggambarkan presiden sebagai Pinokio. Yang tergambar adalah bayangan Pinokio ... Tempo telah memuat penjelasan presiden dalam bentuk wawancara," ujar Setri melalui pesan singkat kepada CNN.
Setri juga menyampaikan pandangan redaksi Tempo. Menurutnya, redaksi yakin Jokowi memahami peran jurnalisme sebagai juru kritik dalam tatanan bernegara. Karenanya, jika ada pihak yang keberatan dengan ilustrasi dalam sampul tersebut, Tempo menyatakan siap menempuh mekanisme di dalam Dewan Pers.
"Sengketa pers, menurut UU Pers diselesaikan lewat mekanisme di Dewan Pers. Ini biasa yang kami di Tempo lalui dari tahun ke tahun." tutur Setri.
Sisi gelap Pinokio
Pinokio adalah salah satu tokoh dongeng paling populer di dunia. Dalam dongeng, kisah Pinokio banyak mengajarkan nilai-nilai kejujuran. Namun, versi novel membawa sosok Pinokio ke dalam dimensi yang lebih dalam dan gelap. Kisah asli dalam novel, belakangan menciptakan kegamangan soal Pinokio. Protagonis atau antagoniskah ia?
Ditulis novelis Italia, Carlo Collodi. Karya sastra itu dirilis pada 1883. Dalam kisahnya Collodi menggambarkan Pinokio sebagai tokoh yang licik dan tak tahu terimakasih. Collodi bahkan menggambarkan Pinokio sebagai pembunuh. Kisah Pinokio bermula saat Antonio, salah seorang tokoh dalam cerita menemukan kayu untuk membuat kaki meja.
Saat sedang mengetuk-ngetuk kayu tersebut, si kayu ternyata dapat bicara. "Jangan pukul saya terlalu keras!" teriaknya. Mendengar teriakan itu, Antonio urung melanjutkan pekerjaannya. Kemudian, Antonio memberikan kayu tersebut kepada Gepetto, tetangganya yang miskin, dengan maksud agar kayu tersebut dibuatnya menjadi boneka untuk dijual.
Akhirnya, Gepetto mengolah kayu itu menjadi boneka yang ia namai Pinokio. Tak lama setelah diciptakan, Pinokio hidup dan menendang-nendang Gepetto. Diperlakukan buruk oleh ciptaannya sendiri tak membuat Gepetto sakit hati. Ia malah memberi kasih sayang besar kepada Pinokio. Bagi Gepetto, Pinokio adalah anak. Gepetto bahkan mengajari Pinokio cara berjalan.
Namun, bukan terima kasih yang Gepetto dapatkan. Pinokio malah melarikan diri ke kota. Di sana, Pinokio mendapat ide untuk menjebak Gepetto. Ia mendatangi polisi dan menyampaikan laporan palsu bahwa ia mengalami penyiksaan. Mendengar aduan itu, polisi memenjarakan Gapetto. Saat Gapetto dipenjara, Pinokio malah asyik menghabiskan makanan di rumah Gapetto sampai tak ada satupun yang tersisa.
Lapar tak terpuaskan Pinokio membawanya ke rumah-rumah tetangga Gepetto. Pinokio mengetuk satu per satu rumah dan mengemis untuk makanan. Seorang tetangga Gepetto menolak dan menyiram Pinokio dengan air. Pinokio yang malang.
Gambaran lebih terang soal sifat jahat Pinokio tercermin ketika ia dinasihati oleh seekor jangkrik. Namun, bukannya mendengar nasihat, Pinokio justru membunuh jangkrik tersebut dengan palu.
Sebaliknya, sosok Gepetto dalam kisah itu digambarkan sebagai orang yang paling sabar. Gepetto tak pernah kehabisan kasih sayang untuk mengayomi Pinokio. Hal itu tergambar ketika Gepetto keluar dari penjara dan melihat kaki Pinokio terbakar ketika sedang menghangatkan diri. Gepetto langsung membuatkan kaki baru dan membelikan makanan untuk Pinokio.
Pinokio (wikimedia)
Bahkan, ketika Pinokio berjanji ingin sekolah, Gapetto rela menjual mantelnya untuk membelikan Pinokio perlengkapan sekolah. Tapi, Pinokio lagi-lagi berkhianat. Ia tak pernah masuk ke kelas. Pinokio bahkan menjual semua buku yang dibeli Gepetto dengan susah payah untuk tiket teater boneka.
Dalam versi dongeng populer, Pinokio dikenal sebagai boneka yang dianugerahi keajaiban oleh peri. Pinokio dihidupkan ketika Gepetto membuat boneka manusia. Pinokio hidup layaknya manusia pada umumnya.
Suatu hari, Pinokio mengurungkan niatnya untuk pergi ke sekolah demi bermain. Dalam perjalanan, Pinokio mendapat masalah dan ditolong oleh peri yang telah menghidupkannya. Sang peri bertanya kenapa Pinokio tidak pergi sekolah. Merasa terdesak dengan pertanyaan peri, ia menjawab dengan gugup dan berbohong. Di saat bersamaan, hidung Pinokio memanjang seperti cabang pohon. Di situlah segala kutukan dimulai.
Akhirnya, Pinokio menyesali perbuatan buruknya. Pinokio hampir berakhir di dalam perut seekor paus. Ketika dibuang ke laut, Pinokio dimangsa. Beruntung, di dalam perut paus ia tidak sendiri. Pinokio melihat cahaya dan menghampirinya. Tak disangka, ia bertemu dengan Gepetto yang juga jadi santapan paus ketika mencari Pinokio ke laut.
Dalam situasi itu, Pinokio berjanji di dalam hati akan berubah menjadi anak yang jujur, penurut, dan baik. Berbarengan dengan janji itu, Pinokio dan Gepetto kembali mendapat pertolongan dari peri untuk keluar dari perut ikan paus.