Salah satu pejuang yang menjadi pelaku sejarah dalam peristiwa tersebut adalah Karsono. Kala itu, Karsono terlibat dalam banyak aksi revolusi fisik di Surabaya. Dia pernah aktif dengan organisasi militer Jepang, serta terlibat beberapa pemberontakan terhadap tentara Jepang. Selain itu ia juga turun tangan guna menghalau pasukan sekutu agar tidak menghancurkan kota Surabaya.
Pada 19 September 1945, saat warga memulai aktivitas di sekitar Jalan Tunjungan, Surabaya, beberapa pemuda Surabaya melihat sebuah bendera berwarna merah putih biru, milik Belanda berkibar di atas Hotel Yamato. Tanpa menunggu waktu lama, kabar tersebut beredar luas di masyarakat Surabaya lainnya.
Karsono yang pada saat itu sedang berada di depan bilik rumah kawannya, Heru Suaji yang juga seorang pejuang kemerdekaan, kaget ketika diajak pergi ke Hotel Yamato.
Dituturkan Dwi Toni Wahyudi dan Gayung Kasuma dalam "Perang Revolusi di Surabaya dan Keterlibatan Karsono Agustus-November 1945" (2014), sesampainya Karsono di hotel, ratusan pemuda Surabaya sudah berkerumun dan menunjuk-nunjuk ke arah puncak hotel. Mereka melihat di atas sana beberapa orang Belanda dan Indo-Belanda sedang berdiri mengejek para pemuda Surabaya yang ada di bawahnya.
Beberapa pemuda Surabaya kemudian berkoordinasi untuk melakukan tindakan yang dapat mencegah orang-orang Belanda dan Indo-Belanda itu tidak berhubungan dengan tentara Jepang.
Sementara Karsono yang merupakan perwakilan dari pemuda Sidotopo, dan Heru yang mewakili BKR mendapat tugas untuk memutuskan kabel telpon yang menghubungkan hotel Yamato dengan dunia luar.
Mereka berdua memanjat tiang telpon yang terletak di dekat hotel dan memutus kabel menggunakan golok yang selama ini mereka bawa kemana-mana. Setelah berhasil memutus sambungan telpon, Karsono dan Heru berbaur kembali dalam gerombolan massa rakyat yang sedang naik pitam.
Karsono yang berada di tengah kerumunan massa mengajak orang di sekitarnya untuk melemparkan batu ke arah hotel dan ke arah tentara Jepang yang sedang menjaga hotel. Sambil melemparkan batu para arek-arek Surabaya itu kemudian merangsek masuk ke dalam hotel.
Sementara itu, Karsono mencoba menerobos barikade penjagaan yang dilakukan oleh orang-orang Belanda dan Indo-Belanda. Setelah dibantu beberapa pemuda Surabaya lainnya, akhirnya mereka bisa menembus pintu tersebut. Segera mereka berlari menuju ke lantai atas tempat dikibarkannya bendera Belanda.
Ketika pemuda lain berbondong-bondong naik ke atap hotel dengan menggunakan tangga, Karsono dan beberapa pemuda lain sibuk mengadang para orang-orang Belanda tadi yang berusaha menyerang mereka. Pertikaian di tangga hotel pun tak terhindarkan.
Beberapa pemuda berhasil menyusup dan mencapai tepi atap lantai paling atas. Mereka segera melepaskan ikatan tali bendera dan menurunkan bendera Triwarna tadi ke bawah.
Bendera yang berhasil diturunkan lalu disobek oleh pemuda bernama Koesno Wibowo, sehingga yang tersisa hanya warna merah putihnya saja. Bendera yang sudah disobek itu lalu dikibarkan kembali seperti semula.
Pertempuran di Hotel Yamato itu memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Salah satunya adalah Mr. Ploegman yang memerintahkan pengibaran bendera Belanda.
View this post on Instagram
Insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato kini diperingati setiap tahun oleh pemerintah Kota Surabaya. Acara peringatan itu diadakan gelaran teatrikal yang mereka ulang adegan yang menjadi bagian sejarah kemerdekaan RI tersebut.
Pada gelaran peringatan hari ini, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani mengajak generasi penerus untuk tidak berhenti menghargai jasa pahlawan yang membuat bangsa dan kota Surabaya merdeka dari penjajah. Salah satu caranya, menurut Risma yakni dengan terus berjuang menggapai cita-cita.
"Merah Putih telah menyatu dalam tulang arek Suroboyo. Kami arek-arek Suroboyo adalah penerusmu, kami arek-arek Suroboyo adalah pewarismu yang tidak sedikit pun luntur darah dan tidak sedikitpun goyah. Kami adalah petarung yang teguh menjaga Indonesia. Merah Putih, Merdeka, Merdeka," katanya seperti dilansir Antara.
Acara peringatan tersebut dimeriahkan oleh organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Surabaya, veteran, TNI/Polri, pelajar, komunitas sejarah, seniman, dan masyarakat. Mereka melakukan aksi teatrikal tentang proses penurunan bendera Belanda tadi.
Rekomendasi
Nasional13 Oct 2022 14:30Jokowi: Rencana Resshuffle Selalu Ada
Popular