Setop Islamophobia Menggema di Sidang PBB

| 25 Sep 2019 18:09
Setop Islamophobia Menggema di Sidang PBB
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
Jakarta, era.id - Kebencian terhadap Islam dalam beberapa tahun ini menjadi isu serius yang menggema di forum-forum dunia. Masifnya kejahatan akibat islamophobia telah membuat sejumlah negara, termasuk Indonesia, dengan gencar melawan intoleransi terhadap Islam.

Pemerintah Indonesia menyerukan dihentikannya kebencian terhadap Islam saat memimpin pertemuan Kelompok Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk Perdamaian dan Dialog pada Sidang Majelis Umum PBB di New York.

"Tren ujaran kebencian, fanatisme, dan intoleransi terhadap Islam terus meningkat. Retorika bernuansa politik membenci kelompok muslim yang tidak sesuai dengan nilai demokrasi semakin mengkhawatirkan," kata Menlu Retno Marsudi saat menyampaikan pidato di New York, AS, seperti dilansir Antara, Rabu (25/9/2019),

Pertemuan Kelompok Kerja OKI itu dilangsungkan untuk mengesahkan rancangan "Rencana Aksi untuk Melawan Islamofobia, Diskriminasi Agama, Intoleransi, dan Kebencian terhadap Kelompok Muslim tahun 2020-2023."

Sebelumnya, draft itu telah dibahas dan disepakati OKI untuk Perdamaian dan Dialog di Jakarta pada 29 Juli 2019. Indonesia mendapatkan penghargaan besar atas prakarsa yang menjadi tuan rumah pertama pertemuan negara OKI.

Inisiatif Indonesia tersebut lahir dari keprihatinan mengenai semakin banyaknya tindak kekerasan yang didasarkan pada sentimen primordial, termasuk tragedi penembakan massal pada dua masjid di Christcurch, Selandia Baru, yang menewaskan 51 orang pada Maret silam.

"Dokumen rencana aksi itu digunakan sebagai acuan bagi aksi dan kerja sukarela negara OKI dalam mengatasi islamophobia di dunia dewasa ini," ujar Retno.

Gaungkan pesan perdamaian

Menlu Retno juga menegaskan bahwa negara OKI membawa dua pesan penting. Pertama, konsolidasi komunitas muslim untuk menegakkan nilai Islam yang damai dan toleran. Pemimpin komunitas Islam diminta untuk bersuara secara keras dan tegas untuk melawan aksi kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam. 

Kedua, negara Islam harus mempromosikan wajah Islam yang sesungguhnya dengan berani menyampaikan pesan tegas bahwa terorisme dan ekstremisme tak ada kaitannya dengan agama dan ajaran Islam.

 

"Negara OKI harus menyuarakan nilai Islam yang sesungguhnya di setiap ruang dan Gedung PBB ini," kata Retno.

Menlu Retno bersama dengan Sekretaris Jenderal OKI memimpin pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri 19 negara OKI anggota Kelompok Kerja tersebut.

Pembentukan Contact Group on Peace and Dialogue (CG-PD) OKI merupakan inisiatif Presiden Joko Widodo yang digulirkan saat menjadi Tuan Rumah KTT darurat OKI mengenai Al-qudsh Assyarif di Jakarta pada 2016. Kelompok Kerja itu disahkan oleh OKI melalui keputusan pertemuan KTM OKI di Abu Dhabi pada Maret 2019 dan KTT OKI di Makkah pada Mei 2019.

Rekomendasi