Namanya Bunga (16), siswi Sekolah Teknik Menengah (STM) Baskara, Depok. Dia mengaku datang bersama kawan-kawannya dari Depok dengan menggunakan truk sebelum naik kereta dan berjalan kaki hingga ke daerah Jembatan Layang Slipi, Jakarta Barat. Tak ada perasaan takut, meski dia wanita sendiri.
"Iya, cewenya gue doang. Ngapain takut, dijagain juga. Lagian selama gue di STM kaga pernah ada yang tangannya nakal. Lagian gue yang galak," kata Bunga yang bukan nama sebenarnya kepada pewarta, Rabu (25/9).
Bunga tergerak ingin aksi turun ke jalan bersama temannya, karena dia merasa aneh dengan isi dari Rancangan KUHP (RKUHP) yang tengah digodok oleh anggota dewan. Dia merasa perlu bergerak, untuk menyuarakan pendapatnya sebagai wanita. Hanya saja saat ditanya oleh pewarta dia malah menjelaskan tak setuju jika wanita harus di tes perawan.
"Ya, masa cewe hak azasinya harus diambil alih. Kudu diperiksa perawan, kan gila! ... Nanti diiming-imingin pacarnya terus pas putus gimana? Itu kan urusan pribadi juga," ungkap Bunga.
Bunga Siswi STM yang ikut demo di depan DPR (Wardhany/era.id)
Padahal sejak polemik RKUHP bergulir, tak ada pasal yang menyatakan soal wanita harus dicek keperawanannya. Kalaupun ada pasal yang membahas soal perzinahan, dalam Pasal 417 disebutkan seorang anak yang diadukan berzina oleh orangtuanya bisa dipenjara 11 tahun.
Selain soal keperawanan, Bunga lantas menyebut dirinya juga tak terima dengan adanya pasal yang menyebut gelandangan bisa dikenakan denda. "Lagian mana ada juga yang mau jadi gelandangan," ujarnya.
Kali ini dia tepat, sebab dalam RKUHP Pasal 432 memang mengatur pengamen yang mengganggu ketertiban umum bisa dikenai denda Rp1 juta. Ini juga berlaku untuk gelandangan dan tukang parkir yang dianggap gelandangan serta disabilitas mental terlantar dan disebut gelandangan.
Bunga kemudian menyebut, aksi serempak siswa STM ini dikomunikasikan lewat aplikasi pesan singkat yaitu WhatsApp. Bahkan, dia menyebut ada persatuan siswa STM tapi ogah menjelaskan lebih jauh.
Selain lewat pesan di WhatsApp, Bunga mengatakan, seruan aksi turun ke jalan juga ramai di Instagram dengan tagar #STMBergerak. Jadi siapapun yang mau ikut, dipersilakan saja untuk datang ke aksi.
Dia juga membantah ada orang dewasa yang mengkoordinir mereka untuk datang ke depan Gedung DPR RI. "Kita mah cuma dari share IG, message, story nyambung ke kita. Ya udah ikut saja," jelas Bunga.
Kami tak lama berbincang dengan Bunga. Sebab, polisi meminta kami untuk segera mencari tempat berlindung karena beberapa massa yang ada di barisan depan sudah berteriak-teriak. Polisi yang berjaga juga sudah siap-siap dengan tamengnya untuk menahan desakan siswa yang berjumlah ratusan dan sempat membuat Jembatan Layang Slipi macet.
Benar saja, ketika kami menjauh, dari barisan siswa STM tak beberapa lama ada batu yang dilemparkan ke arah polisi. Para anggota polisi itu pun tadinya terus bertahan, hingga akhirnya ada tembakan kembang api dari barisan para siswa.
Beberapa kali tembakan kembang api kemudian dibalas dengan siraman water cannon oleh aparat. Tak mau kalah, kembang api juga terus dinyalakan dan diarahkan ke barisan polisi.
Akhirnya, polisi pun menembakkan gas air mata ke arah kerumunan siswa STM dimana tadi kami berbincang dengan Bunga. Gas air mata ini sebenarnya sempat membuat siswa kocar kacir dan memanjat ke dalam tol dalam kota yang saat itu sudah macet tak bergerak. Namun alih-alih bubar, siswa STM ini malah terus menyalakan kembang api bahkan saat dipukul mundur sempat membakar pos polisi Pejompongan.