Mencari Aktor Kematian Randi, Mahasiswa Kendari yang Tewas Tertembak

| 30 Sep 2019 10:49
Mencari Aktor Kematian Randi, Mahasiswa Kendari yang Tewas Tertembak
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Aksi demonstrasi penolakan Rancangan Undang-Undang KUHP dan Undang-Undang KPK di Kendari, Sulawesi Tengah pada 26 September, menyebabkan kematian dua mahasiswa dari Universitas Halu Oleo (UHO). Himawan Randi tewas dengan luka tembak di dada, sementara Muhammad Yusuf Qardawi tewas karena luka benda tumpul di kepala.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir minta polisi mengusut pelaku penembakan yang menewaskan Randi.

"Saya minta untuk dilacak di mana kesalahannya sampai terjadi korban, siapa yang melakukan penembakan, siapa yang salah. Ini perlu dilacak dan dicek, diperiksa secara detail, supaya terbuka semua. Jangan sampai ada korban dalam berdemokrasi di Indonesia," kata Nasir.

Dia minta mahasiswa untuk lebih memilih jalan diskusi daripada turun ke jalan, untuk menyampaikan aspirasinya terkait penolakan RUU KUHP dan UU KPK.

"Bagaimana kita menyelesaikan masalah dengan baik? Mari kita berdiskusi untuk menyelesaikan masalah yang perlu diselesaikan dengan diskusi. Mana yang perlu diperbaiki maka kita perbaiki," ungkapnya.

Untuk mencari aktor di balik penembakan tersebut, polisi melakukan investigasi. Tim investigasi ini telah melakukan olah tempat kejadian perkara Jalan Abdullah Silondae, Kendari pada Sabtu (28/9). Hasilnya, tim olah TKP menemukan tiga buah selongsong peluru di dalam sebuah drainase.

Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto meminta seluruh senjata milik petugas di Polda Sulawesi Tenggara untuk diperiksa untuk menindaklanjuti temuan ini. 

"Kumpulkan senjata yang digunakan, itu yang kita ambil," kata dia saat itu.

Ari menambahkan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah memerintahkan kepada seluruh personel kepolisian yang berjaga saat demonstrasi terjadi untuk tidak membawa senjata. 

"Perintah dari pimpinan dalam penanganan unjuk rasa mahasiswa dilarang menggunakan senjata kecuali tameng, tongkat, dan gas air mata," jelasnya.

Tak lama setelah peristiwa ini, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mencopot Kapolda Sulawesi Tenggara Brigjen Pol Iriyanto. Jabatan itu kemudian diisi oleh Brigjen Pol Merdisyam. Sementara Irianto menjabat sebagai Irwil III Inspektorat Pengawasan Umum Polri.

Meski mutasi ini terjadi usai peristiwa penembakan Randi, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo bilang hal tersebut adalah wajar. Menurutnya, mutasi tersebut dilakukan dalam langkah penyegaran.

"Mutasi ini adalah hal yang alami dalam organisasi Polri sebagai tour of duty dan tour of area, penyegaran, promosi dan dalam rangka peningkatan performa kinerja organisasi menuju SDM unggul dan promoter," ungkap Dedi.

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto sedang menunggu hasil dari tim investigasi polisi untuk peristiwa ini. Meski begitu, dia menuding tembakan ini bukanlah dari polisi tetapi dari pihak yang sengaja ingin menyulut emosi masyarakat dengan menciptakan martir dari mahasiswa yang tengah berdemo.

"Yang ada adalah ada niatan kelompok tertentu untuk menimbulkan korban. Korban jadi martir. Martir jadi salah satu penyulut dari emosi massa, massa kemudian nanti emosi kemudian terjadi satu kerusuhan massa. Yang rugi negara, yang rugi masyarakat," katanya.

Karenya, dia meminta masyarakat untuk tidak langsung menuding si penembak misterius itu dan menunggu hasil investigasi dari pihak kepolisian.

Tags : demo
Rekomendasi