Berdasarkan data dari kepolisian, Syahril alias Abu Rara berusia 31 tahun, lahir di Medan, Sumatera Utara. Sementara Fitria, kelahiran Brebes, Jawa Tengah, berusia 21 tahun.
Syahril dan Fitria menjadi perbincangan banyak orang setelah menjalankan aksinya. Sebab, motivasi apa yang bisa mendorong pasangan suami istri menusukkan pisau ke perut menteri?
Sebenarnya, pernikahan mereka tak terjadi begitu saja sesuai keinginan masing-masing. Hubungan pernikahan Syahril dan Fitria, dipengaruhi oleh tangan seorang pemimpin ISIS jaringan Bekasi, Fazri Pahlawan. Fazri alias Abu Zee adalah salah satu pemimpin simpatisan ISIS di Indonesia.
Pada September lalu, Detasemen Khusus 88 menangkapnya bersama sembilan orang di wilayah Bekasi, Jakarta, dan Jawa Barat, salah satunya Abu Zee. Polisi menangkap Abu Zee di rumahnya, di kawasan Tambun, Bekasi, Jawa Barat.
Baca Juga : Syahril Alamsyah, Penyerang Wiranto yang Jago IT
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Argo Yuwono mengatakan, peran utama Abu Zee adalah mengoordinir orang untuk bergabung dengan kelompoknya. Abu Zee pun telah menikahkan delapan orang di kontrakannya.
Dua dari delapan orang itu adalah Syahril Alamsyah dan Fitria Adriana, yang hari ini ditangkap polisi karena kasus penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto.
Menurut pengamat terorisme Al Chaidar dilansir dari bisnis.com, orang menikah setelah bergabung dengan kelompok teroris memang bukan hal baru. Sesama anggota kelompok akan dinikahkan oleh pemimpinnya.
Para terduga teroris ini adalah simpatisan ISIS. Di Indonesia, mereka tergabung dalam kelompok Jemaah Anshorut Daulah. Kelompok JAD masih tersebar di seluruh wilayah, kendati pemimpin tertinggi mereka di Indonesia, Aman Abdurrahman, sudah mendapat vonis mati dan kini tengah menunggu eksekusi penjara Nusakambangan.
Selain memberikan ajaran ekstrim kepada anggotanya, Abu Zee mengajarkan ilmu bela diri. Polisi mengatakan, latihan bela diri itu rutin terlaksana setiap hari Minggu di Perumahan Cluster Paris Residence, Bekasi.
Baca Juga : Penikaman Wiranto dan Keterlibatan Jaringan JAD Bekasi
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Argo Yuwono, Abu Zee memunyai rencana menyerang pos kepolisian. Ia melakukan segala persiapannya di Gunung Salak Bogor. Pada saat ditangkap saja, polisi menyita berbagai macam barang bukti, di antaranya bendera ISIS, busur panah, hingga buku radikalisme.
"Abu Zee, keterlibatannya merencanakan aksi amaliyah dengan menyerang pos kepolisian," kata Argo.
Pengaruh Abu Zee memang cukup kuat. Bukan hanya bisa dipercaya oleh para simpatisan ISIS, seorang polisi bernama Nesti Ode Sami pun terpengaruh. Ia diduga terlibat dalam jaringan JAD Bekasi pimpinan Abu Zee.
Pada Jumat (26/9) Densus 88 menangkap Bripda Nesti di Yogyakarta. Kepala Biro Penerangan Masyarkat Mabes Polri Kombes Asep Adi Saputra mengatakan, Bripda Nesti aktif berkomunikasi dengan Abu Zee.
"Ada kaitan dengan saudara Abu Zee, jaringan teroris yang kita amankan dua minggu lalu di Bekasi," kata Asep dilansir dari liputan6.com, kemarin (9/10).
Ia menjelaskan, mulanya, Bripda Nesti terpapar paham ekstrim ala ISIS lewat media sosial. Kemudian, Bripda Nesti masuk ke dalam jaringan JAD. "Pertama hasil pemeriksaan terpaparnya sudah begitu dalam, ditandai dengan yang bersangkutan aktif terafiliasi dengan JAD," katanya.
Saat ini, Abu Zee masih berada di tahanan Densus 88. Tim detasemen anti-teror terus mendalami kegiatan ekstrimnya selama ini, dan orang-orang yang berada dalam jaringannya.