Langka penarikan mundur Amerika Serikat (AS) telah membuka jalan bagi invasi Turki ke Suriah Utara. Serangan ini memantik kecaman keras dunia. Dalam laporan terbaru yang dikeluarkan oleh UNICEF, hampir 70 ribu anak telah mengungsi sejak Operation Peace Spring di laut timur Suriah pada pekan lalu.
Serangan sporadis yang diluncurkan Turki telah menewaskan 4 anak, dengan 9 lainnya terluka. Sementara itu, 7 anak juga dilaporkan terbunuh di Turki. Organisasi PBB itu juga mengkhawatirkan setidaknya 170 ribu anak-anak di Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan sebagai dampak dari kekerasan berkelanjutan di wilayah tersebut. Menurut PBB sekitar 130 ribu orang telah meninggalkan rumah mereka dan 400 ribu warga sipil di zona konflik memerlukan bantuan.
Baca Juga: Melihat Rekam Invasi Turki di Tanah Suriah
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan AS Mark Lowcock mengatakan kepada Time dalam wawancaranya di dekat perbatasan, perang kompleks ini telah memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Suriah, demikian dikutip dari Time, Selasa (15/10/2019).
Menurutnya, sekitar 800 ribu orang di zona 32 Km di sepanjang perbatasan memilih bergerak ke selatan untuk mengungsi ke kerabat mereka. "Kami telah mengembangkan rencana darurat, seperti menyediakan makanan untuk 650 ribu orang selama satu atau dua bulan mendatang," ujar Lowcock.
Diketahui, operasi militer ini telah menghancurkan tiga fasilitas kesehatan dan satu sekolah. Stasiun air Alolo yang memasok air untuk hampir 400 orang di Al-Hasakeh juga tak berfungsi akibat operasi militer itu. UNICEF menyerukan pada semua pihak dalam konflik untuk melindungi anak-anak dan tidak menggunakan infrastruktur sipil untuk kepentingan militer.
Dalam lama resminya, UNICEF setidaknya menyebutkan saat ini di penampungan membutuhkan sejumlah bantuan kemanusiaan. Di antaranya bantuan darurat untuk keluarga yang tiba di penampungan kolektif, 95 ribu liter dalam 12 tangki air untuk mengurangi kekurangan air di penampungan di Kota Al-Hasakeh, perbaikan di stasiun A'louk, konsultasi kesehatan termasuk penyaringan gizi untuk anak dan perempuan, serta kebijakan untuk 13 anak yang terpisah dari keluarganya.
Baca Juga: Babak Baru Koalisi Milisi Kurdi-Suriah Melawan Turki
Sejak perang dimulai, 2,6 juta anak-anak Suriah terpaksa mengungsi dan 2,5 juta lainnya hidup di negera-negara tetangga sebagai pengungsi. Krisis kemanusiaan di Suriah memuncak pada tahun 2018, di mana tahun itu menjadi tahun paling mematikan untuk anak-anak sejak awal perang dimulai.
Pelanggaran berat terhadap hak anak-anak telah dialami oleh mereka di Suriah. Penculikan, pembunuhan, penyiksaan yang mengakibatkan cacat yang berkelanjutan menjadi ancaman mematikan bagi jutaan anak di Suriah. Dari data tahun 2018, 1.106 anak-anak terbunuh dalam pertempuran perang di negara itu. Ini adalah angka yang telah diverifikasi oleh PBB, yang diperkirakan angka kematian jauh lebih tinggi.
Konflik yang berkepanjangan di Suriah secara langsung berdampak sangat buruk terhadap anak-anak di negara yang dipimpin oleh Bashar al-Assad itu. Tak usah ditanya lagi, bagaimana kacaunya keadaan psikologis mereka. Setiap harinya, gempuran bom, rentetan senjata, hingga kekerasan telah menjadi makanan mereka sehari-hari. Tragisnya, anak-anak di sana juga turut menjadi korban pemindahan paksa yang mengakibatkan mereka terpisah dari keluarganya.