Era Baru Kekaisaran Jepang di Tangan Naruhito

| 22 Oct 2019 10:41
Era Baru Kekaisaran Jepang di Tangan Naruhito
Kaisar Naruhito. (Pinterest)
Jakarta, era.id - Hari ini Jepang siap memulai era barunya di tangan Kaisar Naruhito yang mendeklarasikan penobatannya secara resmi kepada dunia dalam upacara yang dihadiri oleh pejabat negara, termasuk pemimpin negara dari 180 negara.

Suasana perayaan yang diumumkan sebagai hari libur khusus ini diselimuti haru. Pasalnya beberapa waktu lalu, Jepang dilanda Topan Hagibis yang terkuat dalam enam dekade. Bencana itu menewaskan setidaknya 80 orang. Perayaan parade telah ditunda untuk menghormati para korban dan keluarga. 

Hironomiya Naruhito atau dikenal sebagai Naruhito mengemban kekuasaan Kekaisaran Jepang usai ayahnya Akihito turun takhta dalam upacara tradisi yang singkat pada Mei lalu. Namun, kini ia akan menjalani serangkaian ritual resmi yang menyatakan kepada dunia tentang perubahan statusnya. Acara ini dikenal sebagai Sokui no Rei.

Sejak pagi ratusan orang sudah menunggu di pintu gerbang Istana Kekaisaran. Meski diguyur gerimis hujan, warga melambaikan bendera Jepang dan meneriakkan nama Naruhito saat kaisar baru itu masuk ke dalam mobil. Antusias publik dibalas oleh lembaian tangan dan senyum Naruhito.

Seperti penobatan Kaisar Akihito pada tiga dekade yang lalu, Naruhito akan mengenakan jubah tradisional berwana kuning-oranye dengan hiasan kepala dalam acara Soku no Rei yang digelar pada pukul 13.00 waktu setempat di Imperial Palace's Matsu no ma atau Hall of Pine, ruang paling bergengsi di Istana Kekaisaran Jepang, demikian dikutip Al Jazeera. 

Baca Juga: Kisah Mereka Para Penyintas Topan Hagibis di Jepang

 

Naruhito akan mendeklarasikan penobatannya dari Takamikura yang merupakan paviliun setinggi 6,5 meter dan memiliki berat sekitar 8 ton. Di sampingnya, akan ada pedang dan permata yang merupakan dua dari Tiga Harta Karun Suci. Selain itu, terdapat juga cermin yang disebut Yata-no-Kagami yang disimpan di Ise Grand Shrine, situs paling suci bagi agama Shinto Jepang. Semua benda berharga itu melambangkan legitimasi kaisar.

Sementara itu, Permaisuri Masako juga turut mendampinginya dalam upacara penobatan dengan mengenakan pakaian yang dikenal dengan nama "junihitoe" atau jubah berlapis-lapis dan berdiri di singgasananya. Setelah kaisar selesai berpidato, Perdana Menteri Shinzo Abe akan berseru banzai yang berati umur panjang Kaisar sebanyak tiga kali guna menyelesaikan prosesi penobatan tersebut.

Meski parade telah ditunda hingga 10 November, jamuan untuk pejabat asing dan perwakilan pemerintah daerah akan dilanjutkan bersama dengan pesta teh di kediaman kerajaan pada hari berikutnya. Pemerintah menggelontorkan dana sekitar 148 juta dolar Amerika untuk upacara terkait suksesi sepanjang tahun. Sebagai bagian dari perayaan, lebih dari setengah juta orang yang dihukum karena pelanggaran ringan akan diampuni.

Abe mengatakan perwakilan dari lebih dari 190 negara dan organisasi internasional juga akan bergabung dalam perayaan tersebut. Media lokal mengatakan Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Turki Tayyip Erdogan juga diharapkan hadir, termasuk Wakil Presiden Indonesia Ma'ru Amin.

Era baru Jepang

Naruhito menjadi kaisar Jepang pertama yang lahir setelah Perang Dunia II. Ia menjadi kaisar ke 126 Jepang dan merupakan garis keturunan langsung dari Jimmu, kaisar pertama legendaris Jepang. Saat lahir, Naruhito menjadi pewaris takhta kekaisaran Jepang karena menjadi putra tertua Pangeran Akihito. Ia kemudian menikah dengan Michiko dan dikaruniai anak bernama Putri Aiko. Statusnya meningkat menjadi putra mahkota pada tahun 1989 setelah kematian kakeknya dan kenaikan ayahnya ke takhta Jepang.

Pada April, Kaisar Jepang Akihito mengakhiri kekuasaan selama tiga dekade dan akan menyerahkan takhta kepada putranya Naruhito dikarenakan usia yang membuatnya sulit untuk melakukan tugas resmi. Penyerahan dilakukan pada 1 Mei. Kepemimpinan Naruhito ini menandai juga dimulainya era Reiwa yang memiliki arti harmoni. Era Reiwa menggantikan Heiei atau era kepemimpinan Akihito sejak Januari 1989. Pengumuman ini disampaikan langsung melalui Kepala Sekretariat Kabinet Yoshihide Suga pada April lalu.

Baca Juga: Era Baru Kekaisaran Jepang Bernama 'Reiwa'

Pergantian nama ini menjadi hal yang sangat penting di Jepang karena selain dengan tahun Masehi, mereka juga memiliki kalender sendiri yang menggunakan tahun Jepang berdasarkan nama era kekaisaran Jepang. Nama-nama era sebelumnya yang pernah dipakai di antaranya adalah Taisho (1912-1926), Showa (1926-1989), dan Heisei (1989-2019).

Nama 'Reiwa' terdiri dari dua kanji yang bermakna 'rei' keunggulan dan 'wa' berarti harmoni atau kedamaian. Pemilihan nama 'Reiwa' berdasarkan salah satu stanza dari Man’yoshu yang merupakan kumpulan puisi tertua di Jepang.

Nama era, atau gengo yang digunakan secara luas di Jepang -di koin, kalender, surat kabar, dan dokumen resmi. Kendati penggunaan kalender Barat sudah luas, masih banyak warga Jepang yang menghitung tahun dengan gengo atau menggunakan kedua sistem tersebut dengan berganti.

Bila menengok literasi Jepang, era Showa (1926-1989) melambangkan periode yang penuh gejolak setelah Jepang pulih dari peperangan. Pada era Heisei (1989-2019), Jepang lebih dikenal dengan istilah gelembung ekonomi yang dimulai pada tahun 1989 pada saat ekonomi sedang booming dan Jepang merasa di atas dunia.

Sedangkan era Reiwa, Jepang akan bergulat dengan populasi penduduk yang menua dan menyebabkan kekurangan tenaga kerja. Ini akan menjadi awal kekaisaran Jepang yang cukup sulit, hal ini juga mendorong PM Abe menerapkan kebijakan dengan membuka kemungkinan lebih banyak pekerja asing ke negara Sakura itu.

Rekomendasi