Pangeran Hisahito yang Mengemban Kekaisaran Jepang

| 19 Oct 2019 08:35
Pangeran Hisahito yang Mengemban Kekaisaran Jepang
Pangeran Hisahito dan ayahnya Putra Mahkota Akishino Fumihito. (Pinterest)
Jakarta, era.id - Pada 2006, lahir seorang anak laki-laki dari Pangeran Akishino dan Putri Koko. Kelahiran anak laki-laki ini disebut sebagai kehendak surga oleh kaum konservatif. Pangeran Hisahito yang menjadi satu-satunya cucu laki-laki dari Kaisar Akihito ini akan menjadi pewaris takhta Kekaisaran Jepang.

Sebelumnya pada Desember 2001, istri kaisar, Masako, akhirnya melahirkan seorang gadis yang diberi nama Putri Aiko setelah delapan tahun menikah dengan Kaisar Naruhito. Kelahiran ini kemudian mendorong gerakan untuk merevisi undang-undang suksesi dan membiarkan perempuan mewarisi dan meneruskan takhta. Namun, saat itu Hisahito lahir. Kelahirannya ini menunda gerakan itu. "Konservatif merasa bahwa kehendak surga telah terungkap," kata Hidehiko Kasahara, seorang cendekiawan ilmu politik di Universitas Keio.

Suksesi Jepang selama berabad-abad akan tamat apabila Hisahito mati muda atau tidak memiliki anak laki-laki sama sekali. Hukum Rumah Tangga Kekaisaran ini mengharuskan kaisar selanjutnya adalah laki-laki dan bukan perempuan. Jepang hanya mengizinkan laki-laki untuk naik takhta di kekaisaran krisan kuno. Perubahan pada hukum suksesi merupakan kutukan bagi partai konservatif yang mendukung Perdana Menteri Shinzo Abe.

Dilansir Reuters, Sabtu (19/10/2019), kelahiran Hisahito ini dipandang sebagai mukjizat oleh kaum konservatif yang ingin mempertahankan suksesi khusus pria karena tidak ada laki-laki di kekaisaran yang lahir sejak 1965. Hisahito merupakan satu-satunya laki-laki kerajaan di generasinya. Ia berada di urutan kedua setelah ayahnya Putra Mahkota Akishino (53), yang merupakan adik lelaki kaisar Naruhito. 

Baca Juga: Mereka yang Tergerak Usai Jepang Dihabisi Topan Hagibis

Hisahito menghadiri sekolah menengah pertama yang berafiliasi dengan Universitas Ochanomizu. Dia menjadi anggota keluarga kekaisaran pertama sejak perang, yang belajar di luar sekolah swasta SMP Gakushuin.

Pada Agustus, Pangeran Hisahito melakukan perjalanan pertamanya ke luar negeri. Kunjungannya ke Bhutan usai pamannya menjadi kaisar dianggap sebagai debut seorang raja masa depan kekaisaran Jepang di panggung dunia. 

Bocah berusia 13 tahun itu datang dengan baju tradisional Jepang --hakama. Kunjungan seorang bocah lelaki yang akan mengemban masa depan monarki itu ternyata tak banyak diketahui oleh publik. Perjalanan pangeran muda ini hanya berselang beberapa waktu udai pamannya Naruhito (59) menjadi kaisar setelah ayahnya Kaisar Akihito mengumumkan pengunduran dirinya. 

"Di bawah aturan suksesi saat ini, Pangeran Hisahito pada akhirnya akan menanggung seluruh beban untuk melanggengkan keluarga kekaisaran," demikian bunyi surat kabar Asahi dalam editorial tahun ini. "Tekanan yang pada akhirnya akan pangeran terima ini terlalu sulit untuk direnungkan."

Konstitusi Jepang pasca-Perang Dunia Kedua tidak memberi kaisar otoritas politik. Tetapi kaisar ditunjukk sebagai simbol Negara dan persatuan rakyat. Saat ini, para ahli dan media bertanya-tanya apakah Hisahito dapat mempersiapkan ini semua dengan baik untuk masa depan monarki itu. "Adalah penting untuk membuatnya sadar bahwa ia berada dalam posisi mewarisi takhta ketika berinteraksi dengan orang-orang, dan untuk mengingatnya, sejak usia dini," kata Kasahara.

Baca Juga: Kisah Mereka Para Penyintas Topan Hagibis di Jepang

Tidak seperti kakeknya Akihito, yang mengukir peran aktif sebagai simbol perdamaian, demokrasi, dan rekonsiliasi dengan para korban agresi Jepang di masa perang. Hisahito tidak memiliki mentor khusus untuk membantunya mempersiapkan diri sebagai raja masa depan.

Akihito dibimbing oleh Shinzo Koizumi, mantan presiden Universitas Keio, dan kemudian menjadi panutan bagi putranya Naruhito, kata para sarjana. "Sangat penting untuk memiliki seseorang yang dapat menentukan dengannya apa yang cocok untuk seorang raja abad ke-21," kata Naotaka Kimizuka, seorang ahli monarki Eropa di Universitas Kanto Gakuin.

"Tapi tidak jelas sejauh mana Putra Mahkota Akishino atau Badan Rumah Tangga Kekaisaran secara serius mempertimbangkan hal itu." Apakah Hisahito memikul tanggung jawab penuh untuk melanjutkan garis kekaisaran masih belum jelas.

Ketika parlemen mengeluarkan undang-undang khusus yang memungkinkan Akihito turun tahta pada tahun 2017, parlemen mengadopsi resolusi tidak mengikat yang meminta pemerintah untuk mempertimbangkan bagaimana memastikan suksesi yang stabil.

Salah satu pilihan adalah untuk memungkinkan perempuan, termasuk Aiko dan dua kakak perempuan Hisahito, untuk mempertahankan status keluarga kekaisaran mereka setelah menikah dan mewarisi atau menyerahkan tahta kepada anak-anak mereka yang dalam survei terlihat sebagai keinginan rakyat Jepang.

Kaum konservatif ingin menghidupkan kembali cabang-cabang kerajaan kecil yang dicopot dari status kekaisaran setelah perang. Abe, bagaimanapun, tidak mungkin menginginkan diskusi yang sulit. "Mereka ingin menunda debat sebanyak mungkin," kata Kasahara.

Rekomendasi