Dari banyaknya nama menteri yang mengisi kabinet kerja Jokowi-Ma'ruf periode 2014-2024 ini, ada satu yang menarik perhatian. Dia adalah Prabowo Subianto. Hanya dalam enam bulan saja, rival dalam Pilpres 2019 itu ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) oleh Presiden Jokowi.
Sontak saja kabar ini mengejutkan dunia dan menjadi salah satu isu yang disorot oleh media internasional. Harian ternama Inggris misalnya. The Guardian turut memberitakan kabar ditunjukkan Prabowo menjadi menteri di kabinet jilid II Jokowi.
'Dark day for human rights': Subianto named as Indonesia's defence minister", begitulah judul yang digunakan oleh The Guardian. "Presiden Jokowi menunjuk mantan rivalnya dalam Pilpres Prabowo Subianto sebagai menteri pertahanannya. Seorang mantan jenderal angkatan darat yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia".
Dalam tulisannya, The Guardian menyoroti kerusuhan yang terjadi pasca-pengumuman hasil pilpres yang menewaskan setidaknya 9 orang dan melukai 200 orang. Saat itu, Prabowo Subianto menuding pemerintahan Jokowi yang "besar, sistematis, dan curang".
Presiden Jokowi mengumumkan nama-nama menteri di Kabinet Indonesia Maju. (Twitter @KSPgoid)
Baca Juga: Tak Ada Program 100 Hari Kerja di Kabinet Indonesia Maju
Berita pengangkatan Prabowo juga memicu kegelisahan di publik, di mana Prabowo memegang kekuasaan atas angkatan bersenjata sebelumnya. Mantan menantu Soeharto itu dituduh telah mengatur penculikan dan penyiksaan terhadap para aktivis menjelang demo anti-pemerintahan pada 1998. Harian itu juga mengatakan bahwa Prabowo pernah didakwa memiliki kaitan dengan insiden tersebut.
Menjelang pengumuman menteri ini, Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid mengatakan "Itu akan menjadi hari yang gelap bagi hak asasi manusia di negara ini".
Hal yang sama juga dikatakan oleh media asal Australia, The Sydney Morning Herald, dengan judul artikel "From enemies to allies in six short months: Jokowi to invite Prabowo into cabinet".
"Dalam sebuah langkah yang tak terpikirkan bahkan di dunia politik Canberra yang penuh gejolak, Prabowo Subianto yang dua kali kalah dalam pertarungan sengit, pertisan, dan bernuansa Islam untuk Pilpres tahun 2014 dan 2019. Dikonfirmasi pada Senin bahwa ia akan bergabung dengan kabinet baru."
Dalam artikel itu, dosen di Pusat Penelitian Asia Universitas Murdoch, Ian Wilson mengatakan, Jokowi memulai masa jabatan keduanya sebagai sosok presiden dengan kepemimpinan yang lemah. "Orang-orang berharap dia akan menjadi seorang reformis sejati, tetapi dia tidak memiliki jalan di dewan, dia tidak mengambil risiko politik. Itu adalah ukuran keamanan, koalisi ini, dan hampir tidak ada pernyataan penyelesaian."
Baca Juga: Pelantikan Kabinet Indonesia Maju, Jangan Lupakan Partai Gurem
Sementara itu, Reuters dalam artikelnya memberi judul "Indonesia cabinet unveiled, includes president's main rival", menyoroti mantan jendral kontroversial yang pada awalnya menolak untuk mengakui kekalahannya dalam pemilu presiden pada April silam.
Prabowo yang tak setuju dengan hasil pemilihan presiden itu bahkan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konsitusi (MK) dengan menyebut pilpres diwarnai dengan kecurangan yang sistematis dan penyalahgunaan kekuasaan.
Presiden Jokowi, didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin, tadi pagi mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara dan melanjutkannya dengan acara pelantikan para menteri.
Di antara ke-38 tokoh yang akan dilantik sebagai pembantu presiden, sebanyak 11 tokoh masih dipercaya untuk tetap memegang amanah yang sama di kabinet baru Jokowi-Ma'ruf Amin, Kabinet Indonesia Maju.
Kepada 34 orang menteri dan 4 orang pejabat setingkat menteri, Jokowi memberikan lima pesan. Pertama, agar tidak korupsi selama menjabat; kedua tidak ada visi misi menteri, yang ada visi misi presiden dan wakil presiden; dan ketiga semua harus kerja cepat, kerja keras dan kerja yang produktif; keempat jangan terjebak rutinitas kerja yang monoton; dan kelima kerja berorientasi pada hasil nyata.