"Kalau saya menebak-nebak Pak Jokowi, mungkin karena saya suka ibadah dan suka ceramah, tema-nya Islam damai dan toleransi serta persatuan kesatuan," kata Fachrul usai dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2019).
Baca Juga: Rupiah Menguat Tipis Seiring Pelantikan Kabinet Baru Jokowi
Namun, mantan Wakil Panglima TNI ini berjanji akan mengerahan segala daya dan upaya dalam menangkal isu radikalisme yang makin menyeruak belakangan ini.
"Kan banyak Islam radikal itu, saya kira karena menafsirkan agamanya itu salah. Nah, mungkin mungkin Pak Jokowi melihat saya bisa membantu menciptakan suasana damai dan membangun persatuan," ujarnya.
Setelah dilantik, ia juga masih harus mempelajari lebih dulu pekerjaan barunya. Dia juga akan belajar melakukan pendekatan untuk mencegah paham radikalisme makin menyebar. Tak hanya bakal mencegah paham radikalisme makin menyebar, pria 72 tahun ini juga berjanji bakal terus merangkul semua pihak dan semua agama yang ada di Indonesia.
"Saya bukan menteri agama Islam, saya Menteri Agama RI yang di dalamnya ada lima agama," ucapnya.
Menteri Agama Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi (Wardhani Tsa Tsia/era.id)
Dengan dilantiknya Fachrul, anggapan Kementerian Agama yang biasanya diduduki oleh kader partai berbasis Islam dan dari organisasi Nahdatul Ulama (NU) akhirnya beralih. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang biasanya menjadi langganan sebagai Menteri Agama malah justru mendapat posisi lain, yaitu Kepala Bappenas yang kini diduduki oleh Ketua Umum PPP Suharso Manoarfa.
Kiai NU Mempertanyakan
Sementara itu, banyak kiai dari Nahdlatul Ulama (NU) kecewa karena Presiden Jokowi menunjuk Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi sebagai Menteri Agama. Ketua PBNU Robikin Emhas mengungkapkan bahwa ia dan pengurus PBNU lainnya banyak menerima pertanyaan dari para kiai terkait Menteri Agama.
"Selain pertanyaan, banyak kiai dari berbagai daerah yang menyatakan kekecewaannya dengan nada protes," ungkap Robikin lewat keterangan tertulis, Rabu (23/10/2019).
Menurut Robikin, para kiai paham Kementerian Agama harus berada di garda depan dalam mengatasi radikalisme berbasis agama, namun mempertanyakan latar belakang Fachrul.
"Namun, para kiai tak habis mengerti terhadap pilihan yang ada," ujarnya.
Robikin mengatakan, para kiai sudah lama merisaukan fenomena terjadinya pendangkalan pemahaman agama yang ditandai merebaknya sikap intoleran, bahkan sikap ekstrem dengan mengatasnamakan agama. "Semua di luar kelompoknya, kafir dan halal darahnya. Teror adalah ujung pemahaman keagamaan yang keliru seperti ini," ucapnya.