Melihat Pelepasan Owa Jawa di Danau Eksotis Patenggang

| 25 Oct 2019 10:21
Melihat Pelepasan Owa Jawa di Danau Eksotis Patenggang
Ilustrasi owa jawa. (Alexas_Fotos/Pixabay)
Bandung, era.id - Situ Patenggang, sebuah danau di Bandung selatan, memiliki sejumlah daya tarik unik. Selain alamnya yang eksotis, kawasan wisata air ini juga menjadi rumah bagi habitat satwa langka owa jawa (Hylobates moloch).

Tapi itu dulu, tahun 1980-an ke belakang. Dalam perjalanannya habitat owa jawa di Situ Patenggang terus menyusut akibat konflik dengan manusia, antara lain maraknya perburuan. Akhirnya, suara-suara owa jawa tak terdengar lagi di sana dan dinyatakan punah.

Warga sekitar situ yang berada di kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, pun sudah lama tak lagi mendengar suara khas primata dilindungi terebut. Tapi baru-baru ini, warga boleh semringah. Sebabnya, sudah beberapa kali Situ Patenggang menjadi area pelepasan liar owa jawa.

Pada 25 Juli 2019 lalu, sepasang owa jawa yang diberi nama Inge dan Boris dilepas di Patenggang. Mereka akan menjelajah hutan tropis yang mengelilingi danau berair jernih. Warga pun menyambut antusias, apalagi generasi sepuh yang pernah mendengar suara khas owa jawa di masa lalu. Bagi mereka, suara alam itu adalah nostalgia.

Situ Patenggang, Bandung. (Foto: Wikipedia)

Nah, kemarin Kamis (24/10), sepasang owa jawa kembali dilepas di Situ Patenggang. Nama mereka si Boy dan Munir. Meski namanya terdengar maskulin, tapi mereka jantan betina. Si Boy adalah owa jawa yang diselamatkan dari gunung Burangrang, sedangkan si Munir diselamatkan dari Cagar Alam Simpang.

Pelepasliaran tersebut dilakukan The Aspinal Foundation, BKSDA Jabar, dan komunitas. Kepala Staf Pemeliharaan Satwa pada yayasan Aspinal, Sigit Ibrahim, bilang sebelum pelepasliaran, Boy dan Munir telah menjalani rehabilitasi selama setahun. Usia mereka masih pradewasa, yakni 3,5 tahun.

"Tim BKSDA dan Aspinal sudah mengkaji sehingga Patenggan ini cocok untuk lepas liar owa jawa," kata Sigit, saat dihubungi.

Menurutnya, respons masyarakat sekitar setiap kali pelepasliaran owa jawa bagus. Terlebih masyarakat sekitar memanfaatkan kawasan lingkungan sebagai mata pencaharian. Jadi dengan keberadaan owa jawa mereka senang karena menambah daya tarik kawasan wisata.

Posisi owa jawa yang dilepas pun menjadi lebih kuat karena penjagaan dan pemantauan tidak hanya dilakukan tim Aspinal, melainkan mendapat dukungan warga. Misalnya, warga akan turut mencegah faktor yang paling mengancam keberadaan satwa liar, yaitu pemburu.

"Yang paling bahaya perburuan," katanya. Sejauh ini di kawasan hutan Patenggang tidak ada predator alami seperti macan tutul. Sehingga cukup bagus bagi owa jawa untuk berkembang dan berlatih di alam liar.

Kata Sigit, terakhir kali owa jawa liar terlihat di kawasan Patenggang pada tahun 80-an. "Kita coba masukan kembali owa jawa supaya ada lagi habitannya lagi, supaya menambah keanekaragaman hayati di Patenggang ini," terangnya.

Ke depan setiap tanggal 24 Oktober sebagai Hari Owa Jawa Internasional, Aspinal merencanakan pelepasliaran owa jawa secara rutin di Situ Patenggang yang memiliki luas sekitar 120 hektar.

Menurut Sigit, dengan luasan hutan tersebut, Situ Patenggang bisa menampung lima pasang owa jawa. Satu kelompok owa jawa biasanya menguasai 20 hektar.

Tags : hewan langka