Meski begitu, tampak juga loyalis Bambang Soesatyo seperti Muhammad Misbakhun, Darul Siska, Robert Kardinal juga hadir dalam rapat itu.
Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan, bisa saja manuver Bamsoet selama ini sesuatu yang memang didesain dan dipersiapkan dengan tujuan tertentu. Salah satu kemungkinannya adalah untuk meramaikan pemberitaan terkait Partai Golkar.
"Politik itu serba mungkin. Politik adalah panggung depan yang kita lihat di permukaan. Tetapi the real politik itu adalah panggung belakang. Hanya Bamsoet dan para pimpinan Golkar yang ikut rapat yang tahu apa yang terjadi di panggung belakang," ucap Emrus, saat dihubungi era.id, di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Baca Juga: Papua Masih Rawan Konflik SARA di Pilkada 2020
Kemungkinan manuver Bamsoet yang menyerang Airlangga selama ini, menurut Emrus, bisa saja diciptakan. Sebab, tidak ada perilaku politik yang tidak disengaja.
"Setiap perilaku politik adalah rancangan. Kalau pun disebut tidak sengaja. Itu dirancang juga untuk tidak sengaja. Politisi ini orang-orang atau aktor-aktor yang memiliki kelihaian untuk berperilaku dan mengumpamakan pandangan di ruang publik. Jadi kita sebagai rakyat harus jeli melihat perilaku mereka dari berbagai perspektif," jelasnya.
Emrus mengatakan, meskinya ketidakhadiran Bamsoet di rapat pleno semalam, harus segera disikapi yang bersangkutan. Tujuannya, kata dia, agar tidak memunculkan dugaan-dugaan dikalangan masyarakat.
Ketua MPR Bambang Soesatyo kembali diusung menjadi calon ketua umum Partai Golkar. Dukungan menjadi caketum untuk Bambang diklaim banyak mengalir dari kader-kader partai di daerah. Bambang diprediksi, akan maju pada kontestasi pemilihan caketum sebagai rival Airlangga.
Padahal, Bambang pernah menyatakan dukungan kepada Airlangga Hartarto untuk kembali mencalonkan diri sebagai ketua umum tak lama setelah dirinya dilantikan sebagai Ketua MPR.
Ketua Pemenangan Pemilu Partai Golkar Nusron Wahid mengatakan, Bambang tak akan mundur dari bursa caketum Golkar.
Bambang dan Airlangga, kata dia, hanya menyepakati jadwal Musyawarah Nasional (Munas) pada bulan Desember mendatang, bukan meminta Bambang mundur jadi caketum Golkar.
"Enggak. Enggak ada kalimat mundur, masak mundur-mundur bagian begitu, enggak ada," kata Nusron, kata Nusron di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/11).