Dalam sidang pengukuhan gelar itu, Menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut menyampaikan orasi ilmiah berjudul, Kebijakan Publik Unggul : Tantangan Indonesia Kemarin, Kini, dan Esok. Acara ini juga dihadiri oleh Presiden ke-6 RI SBY.
Di tengah-tengah orasi ilmiahnya, Hatta Rajasa mengulas kebijakan Pemerintahan SBY yang pada 2011 meluncurkan kebijakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sebagai bagian integral perencanaan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan Visi Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera pada tahun 2025, serta target capaian Indonesia Maju di 2045.
Menurut SBY, kata Hatta Rajasa, di tahun 2045 ekonomi Indonesia betul-betul kuat dan berkeadilan, demokrasinya semakin matang dan peradabannya semakin maju. Hatta Rajasa lalu mengulas Pidato Pelantikan Presiden Joko Widodo di Gedung MPR RI, 20 Oktober 2019 lalu. Saat itu, Jokowi bilang bahwa cita-cita Indonesia di tahun 2045 ialah mampu keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Indonesia diimpikan jadi negara maju dengan pendapatan menurut hitung-hitungan Rp320 juta Per Kapita Per Tahun, atau Rp27 Juta Per Kapita Per Bulan.
“Target Indonesia menjadi negara maju di Tahun 2045 telah disampaikan baik Presiden SBY maupun Presiden Joko Widodo. Menjadi tugas kita generasi sekarang dan mendatang untuk mewujudkannya. Apa yang harus kita lakukan?” ungkap Hatta Rajasa.
Ia menyebut, pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 319 juta, 73 persen masyarakat tinggal di perkotaan. Price Waterhouse Coopers (PwC) merilis sebuah riset, The Long View, How Will the Global Economic Order Change by 2050? dengan memprediksi Indonesia akan berada di peringkat 5 ekonomi terbesar dunia di tahun 2030 dengan estimasi nilai PDB berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) sebesar US$ 5.424 miliar dan naik peringkat 4 di tahun 2050, setelah China, Amerika Serikat, India, dengan estimasi PDB sebesar US$ 10.502 miliar.
“Apakah kita bisa mencapai itu? Tentu sejarah yang akan mencatat, tapi kita semua harus optimis, kita bisa. Memang tidak mudah, diperlukan kerja keras, strategi dan kebijakan yang unggul, di tengah ketidakpastian ekonomi global yang sedang menerpa kita,” ungkap pria yang pernah mencalonkan diri jadi Wakil Presiden itu.
Ngomong-ngomong soal krisis, Hatta Rajasa juga menyampaikan Laporan Bank Dunia (World Bank), yang dirilis September 2019 berjudul, Global Economic Risks & Implications for Indonesia. Disebutkan, pertumbuhan ekonomi global akan menurun, potensi terjadinya resesi meningkat. Perang dagang Amerika dan China, serta risiko geopolitik semakin tajam.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang menurun akan melemah seiring melambatnya perekonomian global. Lemahnya productivitas dan menurunnya pertumbuhan tenaga kerja adalah salah satu penyebabnya. Di sisi yang lain, perlambatan ekonomi global menyebabkan turunnya hargaharga komoditi, yang lebih menekan ekonomi kita. “Resiko pelemahan tersebut akan menimbulkan negative economic shock yang berpotensi terjadinya capital outflow,” katanya.
Namun ia yakin, Pemerintah Jokowi telah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi dampak pelemahan ekonomi global. Ia mengingatkan ada sejumlah agenda jangka pendek-menengah yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah saat ini, yaitu mengatasi defisit transaksi berjalan, mendorong investasi baik FDI maupun dalam negeri, mendorong ekspor dan mengurangi impor barang konsumtif, mendorong sektor riil dan memperkuat pasar dalam negeri, menjaga kesinambungan APBN dan kualitas belanja, menjaga daya beli masyarakat, serta melanjutkan reformasi birokrasi dan perpajakan.
Ia lantas menyampaikan gagasannya mengenai agenda prioritas pembangunan ekonomi menuju Indonesia maju 2045. Salah satunya ialah penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Dari mana kita memulai mengatasi kualitas SDM kita? Menurut saya dimulai dari pendidikan. Perlu segera meningkatkan kualitas pendidikan nasional, mulai dari pendidikan dasar, menengah, tinggi, ekstra sekolah yang berkualitas, kreatif dan inovatif,” paparnya.
Ia menegaskan, pemerintah harus berani menginvestasikan cukup besar pada sarana dan prasarana pendidikan, termasuk laboratorium modern, research center, peningkatan kualitas guru dan dosen, sampai pada kerja sama dengan perguruan tinggi terbaik di dunia. Untuk itu, kolaborasi intelektual secara global perlu mendapatkan perhatian dan dukungan pemerintah.
Bahkan pemerintah diminta berani mentargetkan pada tahun 2030, setidaknya 35 persen pasar tenaga kerja Indonesia adalah lulusan perguruan tinggi dan diploma yang terampil guna menghadapi revolusi industri 4.0. Namun data BPS pada 2018 menunjukkan pasar tenaga kerja kita masih didominasi lulusan SD dan SMP. Lulusan Perguruan Tinggi dan Diploma baru mencapai 12 persen.
“Dengan komposisi tenaga kerja seperti ini, sulit bagi kita untuk bersaing secara regional maupun global,” katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Promotor Dr. HC Ir. M. Hatta Rajasa, Prof. Dr. B. Kombaitan, M.Sc. , menjelaskan penganugerahan gelar Doktor Kehormatan, merupakan bentuk pengakuan dan penghargaan yang diberikan ITB kepada seorang putera/puteri bangsa yang memiliki kontribusi yang luar biasa dalam satu dari empat bidang yang menjadi tolak ukur.
Empat bidang kontribusi tersebut, yaitu pertama, dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial, budaya, kemanusiaan dan/atau kemasyarakatan. Kedua, kontribusi dalam pengembangan pendidikan dan pengajaran dalam satu atau sekelompok bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial, budaya, kemanusiaan, dan/atau kemasyarakatan.
Ketiga, kontribusi dalam kemajuan kemakmuran, dan/atau kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia atau umat manusia. Keempat, kontribusi dalam pengembangan hubungan baik antara bangsa dan negara Indonesia dengan bangsa dan negara lain di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial budaya, kemanusiaan, dan/atau kemasyarakatan.
"Dengan memperhatikan keempat tolok ukur tersebut, dan didasarkan atas penilaian terhadap rekam jejak dan capaian-capaian dari Ir. M. Hatta Rajasa di bidang kebijakan publik, (maka) kami memandang bahwa Ir. M. Hatta Rajasa layak untuk mendapatkan anugerah gelar Doktor Kehormatan dari Institut Teknologi Bandung," ujar Prof. Kombaitan.
Nama-nama tim promotor Dr. (HC) Ir. M Hatta Rajasa selain Kombaitan adalah Prof. Tommy Firman, M.Sc., Ph.D., Prof. Hermawan Kresno Dipojono, Ph.D., Prof. Freddy Permana Zen, M.Sc, D.Sc., Prof. Ir Doddy Abdassah M.Sc, Ph.D.
Penganugerahan Doktor Kehormatan ini merupakan yang ke-13 yang diberikan ITB. Dr. HC Ir. M Hatta Rajasa adalah alumni Teknik Perminyakan ITB Angkatan 73, yang berkiprah dalam bidang pemerintahan dan pernah menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (2001 - 2004), Menteri Perhubungan (2004 - 2007), Menteri Sekretaris Negara (2007 - 2009), dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2009 - 2014).