Indra mengatakan alasan ikut maju sebagai caketum kerena ia menanggap persaiangan hanya dengan dua calon tidak baik untuk persatuan Golkar.
"Ya, saya akan maju. Selama ini hanya muncul dua calon, dan itu buruk untuk rasa persatuan di Partai Golkar," ujar Indra saat dihubungi wartawan, Selasa (26/11/2019).
Indra mengatakan partai berlambang pohon beringin ini sangat berpotensi terbelah jika hanya menampilkan dua caketum saja. Hal itu terbukti saat pemilihan ketum Golkar pada tahun 2013 di mana Aburizal Bakrie dan Agung Laksono sama-sama maju.
Akibat ketegangan yang terjadi, kata Indra, saat itu menghasilkan dua keputusan musyawarah nasional (munas) yaitu Ancol dan Bali.
"Setelah hampir 1,5 tahun terpecah, atas imbauan pemerintah, akhirnya diadakan munas bersama yang menghasilkan Setya Novanto menjadi ketua umum," kata Indra.
Setelah itupun, menurut Indra, masih ada masalah lantaran Setya Novanto terseret kasus korupsi. Golkar terpaksa menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) yang memilih Airlangga Hartarto sebagai ketum.
Namun, lanjut Indra, perolehan suara dan kursi Golkar di Parlemen dalam Pemilu 2019 tak memuaskan di bawah kepemimpinan Airlangga. Dia pun tak ingin pengalaman buruk ini terulang lagi.
"Yang pasti saya sangat khawatir dengan manajemen partai yang menjurus kepada oligarki," ujar dia.
Indra juga pernah maju sebagai Caketum dalam Mjnas 2016 silam. Namun ia dinyatakan tak memenuhi syarat maju dalam Munas.