Calon Ibu Kota Negara Sudah Punya Atlas

| 11 Dec 2019 20:34
Calon Ibu Kota Negara Sudah Punya Atlas
Penyerahan Atlas Hasil Survei Geologi dan Calon Ibu Kota Negara. (Dok. PSG)
Bandung, era.id - Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar menyerahkan Atlas Hasil Survei dan Kajian Geologi Calon Ibu Kota Negara kepada Ketua Tim Pelaksana Kajian Pemindahan Ibu Kota Negara Kementrian PPN/Bappenas. Atlas ini berisi informasi mengenai kondisi geologi calon wilayah Ibu Kota Negara.

Kata Rudy, atlas tersebut berisi informasi kebumian (geologi) penting sebagai bahan dipertimbangkan dalam membangun infrastruktur dan penataan ruang di wilayah calon ibu kota baru Indonesia.

"Pembangunan yang adil dan merata membutuhkan dukungan data dan infomasi yang memadai. Salah satu informasi yang dibutuhkan adalah informasi kebumian, di mana Badan Geologi dalam hal ini Pusat Survei Geologi adalah salah satu instansi pemerintah yang bertanggung jawab menyediakan data dasar kebumian yang memadai untuk menunjang pembangunan nasional," ujar Rudi, dalam keterangan tertulis yang diterima Era.id, Rabu (11/12/2019).

Penyerahan atlas dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan acara Kolokium Pusat Survei Geologi yang mengusung tema “Kolokium Pusat Survei Geologi dan Penyampaian Atlas Hasil Survei Geologi dan Calon Ibu Kota Negara”, di Bandung, Selasa (10/12/2019). Atlas diserahkan Rudi kepada perwakilan Bappenas yaitu Ketua Tim Pelaksana Kajian Pemindahan Ibu Kota Negara, Kementerian PPN/Bappenas, Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP.

Atlas tersebut merupakan hasil kolaborasi dari semua unit yang ada di lingkungan Badan Geologi, mulai sumber daya geologi, vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, air tanah dan geologi tata lingkungan serta survei geologi.

Atlas berisi informasi geologi tingkat Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Jumlah peta yang diserahkan terdiri dari 16 peta dengan variasi skala 1:50.000 dan 1:100.000.

Sebanyak 16 peta tersebut terdiri dari Peta Geomorfologi, Geologi, Anomali Gayaberat, Geologi Teknik, Penampang Geolistrik, Lokasi Pemboran Geologi Kuarter, Hidrogeologi, Potensi Airtanah, Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Kerentanan Erosi, Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi, Seismotektonik, Mikrozonasi, Sebaran Reservoir Pembawa Gas Dangkal, Delineasi Sebaran dan Potensi Swabakar Batubara dan Peta Kesesuaian Lahan.

Rudy berharap, penyediaan data dan informasi kebumian juga akan berperan dalam upaya pemerintah untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat, terkait dengan mitigasi bencana geologi. Data kebumian sebagai data dasar berfungsi membantu perumusan langkah-langkah maupun kebijakan mitigasi bencana geologi.

"Sebagai bagian dari ilmu dasar, geologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Untuk itu maka pemahaman dan pengetahuan tentang geologi, terutama kondisi geologi wilayah Indonesia menjadi sangat penting untuk terus ditingkatkan dan dikembangkan," tambah Rudy.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maupun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)di lokasi calon ibu kota baru maupun di wilayah Indonesia lainnya harus disertakan dengan analisa kegeologian melalui poin mitigasi bencana, sehingga terpetakan seberapa besar ancaman bencana geologi yang terdapat di wilayah tersebut sehingga dapat dihindari terjadinya korban yang besar saat terjadinya bencana geologi.

Sementara kolokium diawali laporan Kepala Pusat Survei Geologi Dr. Eko Budi Lelono yang menyatakan bahwa data dan informasi geologi pada umumnya adalah data dasar. Data ini diharapkan dapat menunjang sektor pembangunan di bidang sumber daya energi dan mineral, pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana geologi.

“(Data geologi juga penting bagi) tata ruang dan pengembangan wilayah yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” terangnya.

Rekomendasi