Ujian Nasional ala Nadiem Tak Lagi Soal Hafalan

| 13 Dec 2019 10:23
Ujian Nasional ala Nadiem Tak Lagi Soal Hafalan
Mendikbud Nadiem Makarim (Gabriella Thesa/era.id)
Jakarta, era.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menegaskan tetap ada ujian akhir bagi para anak sekolah. Namun formatnya saja yang diganti.

"Mungkin saya klarifikasi agar tidak ada miss-persepsi, UN itu tidak dihapus. Mohon maaf, kata dihapus itu hanya headline di media agar diklik, karena itu yang paling laku. Jadi UN itu diganti jadi Asesmen Kompetensi. Jadi mohon tidak lagi bicara kepada media atau apa bahwa UN dihapus," ujar Nadiem saat Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019).

Nadiem meluruskan bahwa yang dihapus hanyalah format UN per mata pelajaran mengikuti kelengkapan silabus dari kurikulum saat ini dan diganti dengan Asesmen Kompetensi. Ia menjelaskan dengan berganti format menjadi lebih sederhana sehingga siswa tak lagi menghafal.

"Unfortunately pak karena kata dihapus itu sangat banyak kliknya, jadinya setiap kali dihapus itulah yang membuat orang membaca artikelnya," kata Nadiem.

Alasan Nadiem Ganti Format UN

Nadiem memaparkan alasannya mengganti format UN menjadi Asesmen Kompetensi dan Survei Karakter. Ada tiga alasan yang disampaikan mantan CEO Go-Jek ini dihadapan Komisi X DPR RI.

Pertama, menurut Nadiem, UN hanya membuat siswa menghafal hanya untuk mendapatkan nilai tinggi saat ujian.

"Tapi setelah selesai UN-nya apa yang terjadi, lupa ya. Karena itulah sifatnya menghafal itu memang seperti itu jadi working memory kita cuman sebentar mungkin selama beberapa minggu setelah itu hilang, itu udah nggak terserap, karena itu bukan pembelajaran itu penghafalan," papar Nadiem.

Selain itu, UN dinilai menjadi tekanan bagi siswa, guru, dan orang tua. Sebab, nilai UN menjadi penentu nilai akhir siswa di masa sekolah.

"Di UU sudah dijelaskan bahwa UN adalah untuk mengasesmen sistem pendidikan. Tapi karena dilakukan di akhir jenjang dan karena menguji berbagai pelajaran, ini ujung-ujungnya jadi angka rapor siswa," ujar Nadiem.

Terakhir, Nadiem mengatakan UN tidak mampu mengukur kemampuan kognitif siswa. Karena, UN dianggap tidak bisa menyentuh nilai karakter siswa.

"Untuk menilai aspek kognitif pun belum mantap. Karena bukan kognitif yang dites. Tapi aspek memori. Memori dan kognitif adalah dua hal yang berbeda. Bahkan tidak menyentuh karakter, values dari anak tersebut yang saya bilang bahkan sama penting atau lebih penting dari kemampuan kognitif," jelasnya.

 

Rekomendasi