Namun, menurut Peneliti senior dari Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, Presiden Jokowi seharusnya lebih fokus pada kinerjanya hingga jabatannya selesai sebelum mencari cawapres.
"Menurut saya, lebih baik (Pak Jokowi) fokus pada kinerjanya. Bagaimana nawacita Pak Jokowi itu dibuktikan saja dulu. Dievaluasi programnya nawacita itu," ungkap Siti Zuhro kepada era.id, Jumat (27/1/2018).
Selain itu, sebelum jauh melangkah, Siti mengatakan, harus jelas dulu koalisi yang akan mengusung Jokowi. Ketika koalisi terbentuk, barulah bisa membicarakan sosok cawapresnya.
"Koalisi ini lantas menentukan dari partai-partai tersebut apakah masing-masing akan mengusung cawapresnya atau Jokowi bisa 100 persen menentukan wakilnya," katanya.
Namun yang pasti, kata Siti, Jokowi berhak menentukan siapa saja yang akan mendampinginya. Sehingga yang harus dimaksimalkan saat ini adalah kerjanya yang tinggal beberapa bulan lagi sebelum mengikuti kontestasi pemilihan presiden yang akan datang.
"Tapi, kalau memang capres yang menentukan tunjukkan saja kinerjanya dulu. Kinerjanya dimaksimalkan, bukan dengan santri kemungkinan menang. Saya rasa tidak begitu," ujar Siti.
Sebelumnya, Presiden Jokowi dikabarkan sudah meminta saran pada PPP terkait figur untuk cawapresnya. Di antaranya adalah Ketua Umum PPP Romahurmuziy alias Romi yang kemudian menyarankan Jokowi memilih figur dari 'kalangan hijau' alias santri sebagai pendampingnya pada Pilpres 2019.
Ternyata, selain Jokowi, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dikabarkan sudah melakukan safari ke tokoh-tokoh Islam untuk mencari figur tepat cawapresnya. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menyampaikan Prabowo akan kembali diusung pada Pilpres 2019. Menurut Fadli, Gerindra akan mengumumkan mengusung Prabowo jadi capres pada HUT ke-10 Gerindra, 6 Februari 2018.