Mengapa demikian? Karena anak-anak yang konon bersekolah di SD Negeri Timuran, Brontokusuman, Mergangsang, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta ini kedapatan menyanyi sembari bertepuk tangan ala tepuk Pramuka.
Dilansir dari berbagai media, video viral itu berasal dari salah seorang wali murid SD Negeri Timuran, yang mengunggah di status WhatsApp, hingga akhirnya tersebar luas di media sosial.
Wali murid berinisial K ini mengatakan, saat itu dia sedang menjemput anaknya, namun belum selesai kelas. Saat itulah dia melihat pembinaan dari Kwarcab Pramuka Kota Yogyakarta yang mengajarkan lagu atau yel-yel yang dinilai mengajarkan intoleransi.
"Baru tahu saya ada pembina pramuka yang ngasih pembinaan ke anak SD Negeri dengan mengajarkan tepuk rassi (rasis)," tulisnya.
"Iya kebetulan tadi di sekolah kakak ada kedatangan pembina pramuka, lalu salah satu pembina mengajarkan tepuk Islam di mana di akhir tepuk ada yel-yel Islam Islam yes Kafir Kafir No, sebagai ortu siswa aku proteslah, ini nih biang kerok perpecahan dan penabur kebencian, ke-Bhinekaan Pramuka tercoreng oknum pembina berakal tumpul," katanya, seperti dikutip sebuah media.
Berbeda dengan sejumlah media massa yang menyebut bahwa bahwa aksi itu dilakukan oleh siswa SDN Timuran, Yogyakarta, si empunya channel YouTube ini mengatakan pada deskripsinya bahwa aksi ini dilakukan oleh anak PAUD di Banyumas.
Kami pun mencoba menghubungi pemilik channel YouTube tersebut untuk mengonfirmasi kebenaran video viral itu. Percakapan kami berlangsung lewat WhatsApp. Berikut isi percakapan kami dengan pemilik video, Era.id (A) Klatentv Channel (B):
A: Halo Mas
B: Halo juga mas
A: Ini dari media mas di Jakarta, dapet video itu dari channel mas. (https://www.youtube.com/watch?v=K_ZTUJCIMoQ&feature=youtu.be)
B: Iya mas.. gmn mas
A: Itu video tahun 2017 mas? Itu mas yang ngerekam atau gimana?
B: Video lama mas..
A: Itu mas yang ngerekam atau ambil dari video orang mas. Itu video kejadian tahun berapa?
B: 2017 mas kalo gak salah.. repost
A: Mas Tau kejadiannya gak? Atau mas hanya repost saja. Terus deskripsi di video nya dapat dari mana mas?
B: Dah lama.. lupa...Di youtube ada sumber videonya dari mana.
A: Mas tau gak video ini viral?
B: Nggak tau mas.. video lama soalnya.. klo waktu itu mmng LG ramai2nya Krn ada pihak yg menganggap intoleran
Tak berhenti di situ, kami mencoba mencari tahu sumber video yang dimaksud pemilik saluran YouTube KlatenTV Channel. Kami menemukan channel YouTube Safri Zuman yang dimaksud channel sebelumnya pemilik video viral tepuk anak saleh 'No Kafir' itu.
Pada channel YouTube Safri Zuman video ini diberi judul 'Tepuk Anak Soleh' dan sudah ditonton sebanyak 112.510 kali dengan 152 likes. Yang bikin kaget, video yang diunggah itu bahkan sudah berusia 5 tahun. Lebih lama dari video yang diunggah aku KlatenTV Channel. Sayangnya kami tidak bisa berkomunikasi dengan sang empunya channel. Sebab dia tidak menaruh kontak di deskripsi YouTube-nya.
Mengutip kumparan.com, awak media sempat mendatangi SD negeri tersebut. Kepala Sekolah SD Negeri Timuran, Esti Kartini, mengaku belum tahu informasi tersebut dan justru baru mengetahui ketika wartawan datang ke sekolah.
"Saya justru baru tahu ketika wartawan ke sini," kata Esti, Senin (13/1).
Meski begitu, Esti membenarkan bahwa pada Jumat (10/1) lalu ada kegiatan Pramuka. Namun sekolah itu hanya ketempatan lantaran acara diadakan oleh Kwarcab Kota Yogyakarta.
Tetap mengutuk intoleransi
Ketua KPAI Susanto menututurkan bahwa sebenarnya nilai-nilai pramuka itu sangat baik untuk membentuk karakter anak. Maka, internalisasi pramuka tidak boleh bertentangan dengan dengan Dasa Dharma Pramuka
Susato menjelaskan dalam Dasa Dharma Pramuka sangat menjunjung tinggi takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, apa pun agamanya. "Intinya mesti hati-hati agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dari peserta didik yang beragama berbeda," katanya kepada era.id, Selasa (14/1/2020).
Sementara itu, Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti, mengatakan pihaknya belum mendapat laporan apa pun dari masyarakat terkait viralnya video 'tepuk anak soleh' tersebut. Namun pihaknya mengaku prihatin jika benar ada pembina pramuka yang mengajarkan intoleransi sejak dini.
Dia bilang, sebagai ekstrakurikuler wajib, seharusnya kegiatan pramuka bisa memegang peranan penting dalam mendidik siswa agar mandiri, kuat, peduli pada sesama, menghargai perbedaan, dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan.
"Tepuk pramuka mengandung unsur sara ini telah mencederai keberagaman," kata Retno.
Rekomendasi