Menebak Komunikasi Ambigu Sandi

| 29 Jan 2018 20:36
Menebak Komunikasi Ambigu Sandi
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. (Leo/era.id)
Jakarta, era.id  - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tampak rajin mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan tanda tanya dibenak warga Jakarta. 

Semisal, Sandi pernah berpesan, buruh yang hendak melakukan unjuk rasa di depan Balai Kota Jakarta, mesti dilengkapi dengan bacaan selawat dan atraksi-atraksi penampilan yang menghibur. Tujuannya untuk mendoakan atasan mereka agar luluh dan mau memberi upah tinggi kepada mereka.

Tidak berhenti di situ, teranyar adalah ide Sandi yang ingin membuat pelatihan menggenjot kepada tukang becak yang notabenenya tiap hari mereka memang bermain dengan pedal sepeda. 

Membaca pernyataan-pernyataan Sandi, pengamat politik Universitas Negeri Jakarta, Adi Prayitno melihat, Sandi masih 'gagap' dalam memimpin Ibu Kota. Sandi belum dapat menempatkan dirinya sebagai pemimpin, dan masih memosisikan dirinya sebagai pebisnis. 

"Saya khawatir Sandi masih merasa dirinya ini pengusaha yang bebas ngomong apa aja," kata Adi kepada era.id lewat sambungan telepon beberapa waktu lalu.

"Orang demo disuruh selawat, ini artinya Sandi gagal memosisikan dirinya sebagai pemimpin politik dan wagub," lanjutnya. 

Dia melihat, gaya Sandi yang lebih sering bicara dibandingkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, membuat dia makin mudah diserang lawan politiknya. Adi melihat 'kerajinan' Sandi dalam berkata-kata yang tidak berfaedah, perlu dikurangi. Pasalnya, posisi Sandi bukan lagi posisi pencitraan dengan banyak bicara, melainkan banyak bekerja. Selain itu, kebiasaan Sandi yang rajin bicara juga menimbulkan persepsi.

"Statement dia itu seringkali tidak terukur, seringkali tidak jelas tujuan pernyataan," ungkap Adi.

"Sandi kalau ngomong jangan asal-asalan, mestinya Sandi memahami bahwa dirinya pelayan rakyat," lanjutnya.

Hal berbeda disampaikan oleh pengamat politik Voxpoll Center, Pangi Syarwi Chaniago melihat asal ucap yang dilakukan Sandi karena tipikal orang yang gemar menyenangkan orang lain. "Jadi kalau ada pertanyaan terus enggak dijawab, dia takut orang akan tersinggung, meskipun dia enggak paham pertanyaannya," kata Pangi.

Pangi mengatakan pernyataan Sandi yang nyeleneh merupakan bagian dari humoris politik biasa. "Menurut saya humoris penting karena bagaimana pun kepemimpinan itu ada pro dan kontra," ucap Pangi.

"Karena kita enggak bisa masuk ke wilayah yang lebih dalam yaitu soal gaya orang," sambungnya. 

Senada dengan Pangi, pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing mengatakan, di balik komunikasi terdapat agenda setting tertentu. Sehingga, apa yang dikatakan Sandi pasti punya muatan tertentu.

"Adapun apa agenda setting-nya, hanya Sandi yang tahu," ucap Emrus. 

Rekomendasi