Kunjungan Jokowi dan rombongan diliputi ketegangan luar biasa. Serangan bom bunuh diri yang menewaskan 103 orang dua hari sebelum kedatangan Jokowi memaksa otoritas keamanan Afghanistan memberlakukan prosedur keamanan berlipat di titik-titik vital.
Namun, bukan Jokowi namanya kalau tak nekat. Alih-alih membatalkan kunjungannya, Jokowi malah melanjutkan kunjungan ke Afghanistan. Pesannya jelas, yakni untuk melawan ketakutan terhadap aksi teror.
Menurut keterangan Sekretaris Kabinet, Pramono Anung yang langsung menemui wartawan pagi ini, pengamanan ketat diberlakukan di sepanjang jalan dari Bandara Internasional Hamid Karzal, Kabul hingga Istana Agr, tempat Asraf Ghani, Presiden Afghanistan menunggu.
Berkat keberaniannya, pemerintah Afghanistan menganugerahkan 'Medal of Ghazi Amanullah' kepada Jokowi. Penghargaan itu merupakan bentuk penghormatan Afghanistan terhadap Jokowi yang dinilai teguh dan berani dalam melaksanakan hubungan bilateral antara Indonesia-Afghanistan.
"Terima kasih atas anugerah 'Medal of Ghazi Amanullah'. Medal ini akan jadi spirit baru upaya meningkatkan hubungan bilateral dan perdamaian," kata Jokowi, seperti dikutip dari siaran pers resmi Istana, Selasa (30/1/2018).
"Marilah kita bergandeng tangan untuk menciptakan perdamaian. Marilah kita bergandeng tangan untuk memelihara perdamaian. Marilah kita bergandeng tangan untuk menciptakan dunia yang sejahtera bagi semua," lanjut Jokowi.
(Infografis: Ayu/era.id)
Mengulang kunjungan Bung Karno
Dalam sebuah video yang dirilis Departemen Pers dan Informasi Pemerintah Afghanistan, terabadikan momen ketika Proklamator Bangsa, Soekarno mengunjungi Afghanistan pada tanggal 18 Mei 1961.
Kunjungan tersebut jadi pertama kalinya Presiden Indonesia bertamu, sekaligus yang terakhir, sebelum Jokowi mengulangnya lima dekade kemudian, lewat kunjungan satu hari, kemarin, Senin (30/1).
Jika dalam kunjungan Jokowi, Presiden Afghanistan menunggunya di istana, maka kunjungan Bung Karno lebih istimewa lagi, sebab Raja Afghanistan kala itu, Mohammed Zahir Shah menjemputnya langsung di Bandara Kabul.
Tak hanya sang raja, penduduk Afghanistan yang ketika itu masih dalam euforia kemerdekaan juga menyambut Bung Karno dengan antusias. Bagi Afghanistan, Bung Karno adalah sosok yang begitu agung.
Segala pergerakan yang dilakukan Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia jadi inspirasi bagi Afghanistan dan 32 juta jiwa yang bernaung di dalamnya.
Sebagaimana dikutip dari buku Revolusi 45 Sampai Kudeta 66 terbitan 2001, Raja Mohammed dalam pidatonya mengatakan, "Meskipun ini kunjungan pertama Soekarno, namun ia bukan sosok yang asing untuk negara kami."
Di Afghanistan, Bung Karno mempererat hubungan antara negara berkembang yang tergabung dalam gerakan non blok di kawasan Asia-Afrika saat itu. Bung Karno ketika itu adalah magnet bagi setiap mata kamera dan pena jurnalis.
Maka, kunjungan Bung Karno kala itu turut mengangkat kabar persatuan yang telah terjalin dan menguat di antara masyarakat Afghanistan.