Diplomasi Spiritual Presiden Jokowi di Afghanistan
Diplomasi Spiritual Presiden Jokowi di Afghanistan

Diplomasi Spiritual Presiden Jokowi di Afghanistan

By Moksa Hutasoit | 30 Jan 2018 19:26
Jakarta, era.id - Gaya diplomasi berbeda dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat datang ke Afghanistan. Dalam kunjungan berdurasi enam jam itu, Jokowi melakukan berbagai hal yang mampu membangkitkan ikatan spiritual dengan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani.

Di sela kunjungannya, Jokowi sempat memimpin salat zuhur berjamaah, mengimami Ashraf dan sederet pejabat muslim dari Indonesia dan Afghanistan. Beragam komentar membuntuti momen tersebut. Ada yang memuji, namun tak sedikit juga yang nyinyir.

Wakil Ketua Majelis Dewan Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid menyampaikan pujiannya kepada Jokowi. Katanya, yang dilakukan Jokowi di Afghanistan masuk kategori luar biasa. Setelah lima dekade lebih sejak kunjungan Presiden Soekarno ke Afghanistan, Jokowi kembali dalam momentum yang genting. Di tengah rangkaian serangan teror dan ledakan bom, kunjungan Jokowi jadi begitu menginspirasi. Dan secara spiritual, keputusan Jokowi menjadi imam dapat dilihat sebagai simbol pemimpin Indonesia sebagai pemimpin besar dunia yang mampu jadi pemersatu.

Dari ranah parlemen, Wakil Ketua DPR, Fadli Zon turut menanggapi. Menurut Fadli, menjadi imam dalam salat berjamaah merupakan hal yang biasa. Tak ada yang istimewa, kalau menurut Fadli. Jokowi seharusnya mampu menjadi imam bagi bangsanya. Sebagai pemimpin, Jokowi seharusnya mampu membawa rakyat Indonesia meraih kesejahteraan. Terkait dengan viralnya gambar Jokowi mengimami Ashraf, Fadli menyebut hal tersebut sebagai upaya pencitraan yang baik bagi Jokowi yang menurutnya tengah meniti langkah menuju Pilpres 2019.

(Infografis: Ayu/era.id)

Strategi diplomasi

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin mengatakan, secara politik, dalam negeri maupun internasional, Jokowi sukses panen sejumlah keuntungan dari lawatannya ke Afghanistan.

Di politik nasional, hal ini sangat baik bagi Jokowi, untuk melawan stigma anti-Islam yang melekat kuat di dirinya. "Secara politik, bagus untuk pencitraan Jokowi. Selama ini kan Jokowi 'dianggap' anti-Islam oleh kalangan tertentu," tutur Ujang kepada era.id.

Di mata Ujang, Jokowi sejatinya tengah memberi pesan kepada dunia internasional. Ia merupakan salah satu pemimpin terbesar di dunia. Dan Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia tengah menunjukkan kepeduliannya kepada negara-negara Islam yang tengah dilanda konflik.

Lebih lanjut, dengan menjadi imam, Jokowi tengah menunjukkan dirinya mampu menjadi pemimpin yang baik dalam menengahi sebuah konflik. "Jokowi juga ingin menunjukkan bahwa Indonesia bisa menjadi imam (pemimpin) dalam menyelesaikan konflik. Dan juga bisa menjadi imam untuk perdamaian dunia,” jelas Ujang.

Selain itu, keputusan Jokowi untuk melanjutkan kunjungan ke Afghanistan yang beberapa waktu lalu sempat diteror dengan berbagai aksi bom bunuh diri menunjukkan Jokowi tak takut dengan terorisme.

Keistimewaan pemimpin bangsa

Berkat keberaniannya, pemerintah Afghanistan menganugerahkan 'Medal of Ghazi Amanullah' kepada Jokowi. Penghargaan itu merupakan bentuk penghormatan Afghanistan terhadap Jokowi yang dinilai teguh dan berani dalam melaksanakan hubungan bilateral  Indonesia-Afghanistan.

"Terima kasih atas anugerah 'Medal of Ghazi Amanullah'. Medal ini akan jadi spirit baru upaya meningkatkan hubungan bilateral dan perdamaian," kata Jokowi, seperti dikutip dari siaran pers resmi Istana.

"Marilah kita bergandeng tangan untuk menciptakan perdamaian. Marilah kita bergandeng tangan untuk memelihara perdamaian. Marilah kita bergandeng tangan untuk menciptakan dunia yang sejahtera bagi semua," lanjut Jokowi.

Di sana, Jokowi diberikan lungi, sorban khas Afghanistan. Sedang Jokowi memberikan peci hitam khas Soekarno, Proklamator Bangsa yang lebih dari lima dekade lalu pernah mengunjungi Afghanistan. Dalam kunjungannya, Bung Karno disambut dengan sangat baik. Bukan hanya oleh sang raja, Mohammed Zahir Shah ketika itu. Namun juga oleh segenap masyarakat Afghanistan yang ketika itu masih dalam euforia kemerdekaan.

Sebagaimana dikutip dari buku Revolusi 45 Sampai Kudeta 66 terbitan 2001, Raja Mohammed dalam pidatonya mengatakan, "Meskipun ini kunjungan pertama Soekarno, namun ia bukan sosok yang asing untuk negara kami."

Segala pergerakan yang dilakukan Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia jadi inspirasi bagi Afghanistan dan 32 juta jiwa yang bernaung di dalamnya.

Tags :
Rekomendasi
Tutup