Sebetulnya Ustaz Bangun Samudra Mantan Romo atau Pendeta?

| 20 Feb 2020 19:03
Sebetulnya Ustaz Bangun Samudra Mantan Romo atau Pendeta?
Bible. (James Chan/Pixabay)
Jakarta, era.id - Bangun Samudra, ustaz mualaf asal Surabaya, Jawa Timur, ini tiba-tiba jadi bahan perbincangan sejak siang kemarin, Rabu (19/2). Bukan karena keputusannya memeluk agama Islam atau aktivitasnya yang kini menjadi dai yang jadi persoalan. Namun, lantaran gelar akademiknya, S3 Vatikan, yang kerap dibawa ke mana pun dia pergi. 

Bahkan saat mengisi sebuah kajian, pria yang punya nama lengkap Charis Bangun Samudra itu, tak pernah ketinggalan membawa serta gelar S3 Vatikannya tersebut. Beberapa undangan kajian yang diisi oleh dirinya, baik berupa pamflet, spanduk, hingga baleho pun tak ketinggalan menyematkan gelar akademiknya itu.

Jika tidak cermat, publik tentunya dengan mudah meyakini ketidaksahihan informasi tersebut. Pada artikel sebelumnya, Soal Ustaz Bangun Samudra: Jangan Mau Dibohongi Pakai 'Lulusan S3 Vatikan', era.id sempat mencari tahu kebenaran gelar pria kelahiran 18 Desember 1965 tersebut dan hasilnya diragukan.

Tidak berhenti di situ, bola liar soal informasi alumnus SMA Katholik Santa Maria Surabaya ini kian terang. Seorang warganet bernama Gelar Santoso membagikan dua poster kajian Ustaz Bangun Samudra dengan keterangan berbeda. Satu menyebut dia sebagai mantan pendeta dan satunya lagi menyebut mantan romo. Lalu manakah yang benar?

"Tahun 2018, mantan mendeta. Tahun 2020, mantan romo. Oalah, bedain pendeta sama romo saja tida bisa," tulis @GelarPrakosa pada laman Twitternya.

 

Untuk diketahui, pastor merupakan gelar yang disandangkan untuk seorang pria yang memimpin umat Katolik dan mendapat julukan sebagai Imam Katolik. Gelar pastor juga hanya untuk pria yang tidak menikah dan telah menempuh pendidikan Seminari selama 9-12 tahun.

Sementara, pendeta adalah seorang pemimpin umat Kristen Protestan. Pemuka agama ini bisa dijalani oleh pria maupun wanita. Seorang pendeta wajib menempuh pendidikan khusus yakni Sekolah Teologi Jurusan Pendeta. Mereka juga tidak boleh hidup berkeluarga seperti orang-orang pada umumnya.

Vikjend Keuskupan Pangkalpinang Nugroho Krisusanto, SSCC, mengatakan tindakan yang dilakukan Bangun Samudra merupakan sebuah kebodohan. Dia bercerita bahwa untuk mengambil gelar romo dirinya harus menempuh kuliah selama tujuh tahun.

"Kami kuliah tujuh tahun di Indonesia. Bukan di Vatikan," kata Nurgoho kepada era.id, Kamis (20/2/2020).

Dia kemudian membantah gelar akademik S3 Vatikan yang digembar-gemborkan Bangun Samudra. Menurutnya, Vatikan tidak punya universitas. Dia pun tidak sembarangan menempuh pendidikan, melainkan ditugaskan terlebih dahulu oleh Kongregasi.

 

Mengutip dari skripsi Humor Mualaf Teknik Retorika Dakwah Ustadz Bangun Samudra karya Syafiq Yusab Ibrahim dari UIN Sunan Ampel Surabaya. Bangun Samudra melakukan konversi agama dari Nasrani menjadi Islam pada tanggal 6 Juni 1997. 

Dirinya menempuh pendidikan SD, SMP, dan SMA Katholik di Surabaya. Di Sekolah Pastur Tingkat Menengah Katolik Santo Vincensius Paulo Surabaya, Ustaz Bangun Samudra menempuh pendidikan hanya dalam waktu satu tahun yang seharusnya diselesaikan dalam waktu dua tahun.

Sebelumnya, warganet yang bernama Agustinus Marsup mengatakan bahwa Bangun hanya bertahan di Seminari Menengah Garum-Blitar selama satu tahun dan langsung keluar. Dirinya dinyatakan tidak lulus Seminari Menengah.

Akselerasi tak mungkin berubah jadi satu tahun. Jadi yang benar S3 Vatikan atau belum lulus Seminari? Jika memang dirinya pernah bersekolah di Seminari, itu artinya Ustaz Bangun Samudra merupakan mantan pastor. 

Namun, mengapa di poster satunya lagi ditulis ustaz mantan pendeta?

 

Rekomendasi