Tak hanya China dan negara-negara di sekitaran Asia saja, virus ini juga sudah mulai menjangkiti negara-negara Eropa seperti Italia yang kasusnya meningkat menjadi 105 kasus. Dampaknya, banyak negara di dunia yang mulai memberlakukan pembatasan perjalanan hingga penghentian penerbangan dari dan ke negara terinfeksi korona.
Namun, Indonesia yang mengklaim masih 'zero case' terhadap COVID-19, justru terlihat santai dan 'melawan arus'. Pemerintah menggelar 'karpet merah' berupa subsidi kepada wisatawan asing yang mau mengunjungi Tanah Air. Tak tanggung-tanggung, Presiden RI Joko Widodo bahkan rela menggelontorkan dana insentif sebesar Rp72 miliar untuk media dan influencer demi menggenjot promosi pariwisata yang sempat merosot akibat virus korona.
Direktur Riset Centre of Economic Reform (CORE) Piter Abdullah menilai keputusan pemerintah terlalu berlebihan dan tidak akan efektif. Sebab, menurunnya pariwisata akibat COVID-19 memang sesuatu yang tak bisa dielakkan.
"Jadi insentif influencer itu menurut saya tidak kita butuhkan," ujar Piter saat dihubungi era.id, Jumat (28/2/2020).
Justru, kata Piter, pemerintah seharusnya fokus untuk mencegah masuk dan berkembangnya wabah tersebut di dalam negeri. Menurutnya, sangat berisiko jika pemerintah tetap mendorong wisatawan asing masuk ke Indonesia dan tidak selektif menjaring wisatawan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan influencer asing atau wisatawan mancanegara mendapat insentif dari pemerintah berupa potongan tiket sebesar 50 dolar atau setara Rp700.000 (kurs Rp 14.000) per orang.
Airlangga menjelaskan pemerintah menyediakan dana Rp 10,3 triliun untuk sederet insentif di tengah-tengah merebaknya virus korona. Khusus di sektor pariwisata, pemerintah menganggarkan Rp 298,5 miliar. Secara rinci, dana tersebut merupakan insentif untuk maskapai dan travel agent sebesar Rp 98,5 miliar, anggaran promosi wisata Rp 103 miliar, kegiatan pariwisata Rp 25 miliar, dan influencer Rp 72 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyatakan wabah virus korona baru telah menyebabkan kerugian setengah juta dolar AS per bulan bagi pariwisata Indonesia.
Piter menilai, untuk mendorong perekonomian ditengah perlambatan global akibat COVID-19, pemerintah bisa mengoptimalkan domestik demand, bukan menyuntikkan dana hingga puluhan miliar rupiah.
"(Dana) insentif difokuskan untuk meningkatkan daya beli. Misalnya dengan bantuan sosial dan juga dengan menghentikan atau membatalkan kenaikan iuran BPJS, kenaikan cukai rokok, cukai plastik, mempertahankan harga gas dan listrik," papar Piter.