Kasus kematian anjing berusia 17 tahun itu terjadi pada Senin (16/3). Dilansir South China Morning Post, anjing itu sebelumnya telah menjalani serangkaian tes COVID-19 dan hasilnya negatif. Anjing itu pun kemudian ditempatkan di karantina. Setelah dinyatakan aman, pada Sabtu (14/3) anjing itu dikembalikan ke rumah pemiliknya setelah menjalani isolasi fasilitas pemerintah sejak Rabu (26/2).
Sang pemilik adalah wanita berusia 60 tahun dan sedang dirawat di rumah sakit karena terinfeksi virus korona baru pada Selasa (25/2). Dia pun kemudian dinyatakan pulih dan diperbolehkan pulang ke rumah pada Rabu (8/3). Tak hanya anjingnya, beberapa orang yang kontak dekat dengan wanita itu juga dikabarkan tertular virus korona.
"Departemen mengetahui dari pemilik, anjing tersebut telah meninggal pada Senin tanggal 16 Maret 2020. Pemilik mengatakan dia tidak mengizinkan otopsi untuk memeriksa penyebabnya dari kematian," ujar seorang juru bicara untuk Departemen Pertanian, Perikanan dan Konservasi (AFCD).
Ilustrasi (Cedric Clooth dari Pixabay)
Sebelum dinyatakan mati, anjing itu telah melakukan uji sebanyak lima tes dari sampel hidung dan mulut selama hewan itu berada di karantina pusat hewan. Tes dilakukan pada 12-13 Maret 2020 dan membuktikan sampel negatif sehingga departemen mengizinkannya meninggalkan pusat dan kembali ke rumah. Tes yang dilakukan adalah tes serologi (mencari antibodi dalam darah) serta susunan genetik virus.
"Diketahui ada beberapa kasus infeksi tanpa gejala atau ringan pada jenis virus korona lain dan mungkin antibodi tidak selalu berkembang," kata AFCD.
Anjing Pom itu dianggap sebagai kasus pertama penularan virus dari manusia ke binatang, pejabat Hong Kong percaya pemiliknya meneruskan virus tingkat rendah.
Kasus kucing positif COVID-19 di Belgia
Dilansir dari New York Post, seekor kucing di Belgia telah melakukan serangkaian tes dan dinyatakan positif terkena virus korona selama satu pekan, setelah pemiliknya jatuh sakit. Hewan peliharaan di Liège itu dinyatakan positif setelah menunjukkan gejala umum COVID-19, termasuk kesulitan bernafas.
"Kucing itu diare, terus muntah dan kesulitan bernafas. Para peneliti menemukan virus di kotoran kucing," kata profesor Steven Van Gucht pada Jumat (27/03).
Tidak ada informasi yang diberikan mengenai kondisi kucing atau pemiliknya. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersikeras bahwa tidak ada bukti bahwa seekor anjing, kucing, atau hewan peliharaan apa pun dapat terjangkit virus.
Van Gucht juga menekankan bahwa kasus Liège tampaknya karena pemilik yang membuat hewan peliharaannya sakit. "Kami ingin menekankan bahwa ini adalah kasus yang terisolasi," katanya, menurut surat kabar Belgia.
Ilustrasi (Karin Laurila dari Pixabay)
Dewan Nasional Perlindungan Hewan Belgia (CNPA) juga mengatakan bahwa tidak ada kasus mengkhawatirkan dari kucing itu.
"Hewan bukan vektor epidemi. Jadi tidak ada alasan untuk meninggalkan hewan kalian," kata agensi sambil menyarankan pemilik untuk tidak menggosok hidung mereka terhadap hewan peliharaan mereka.
Melansir dari CNN Indonesia, Lembaga Ilmu Peng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan hewan bisa saja tertular virus corona SARS-CoV-2 dari manusia yang terkena COVID-19. Ia mengatakan mekanisme penularan itu dinamakan zooanthroponosis.
Zooanthroponosis merupakan penyakit infeksi yang dapat ditransmisikan dari manusia ke hewan. Dengan catatan ada kecocokan COVID-19 dengan reseptor ACE2 (Angiotensin converting enzyme 2) pada hewan tersebut. ACE2 adalah enzim yang terdapat di luar permukaan sel yang ada di paru-paru, arteri, hati, ginjal dan usus.