Hari-Hari Terberat bagi Amerika Serikat Setelah Serangan 9/11

| 06 Apr 2020 13:10
Hari-Hari Terberat bagi Amerika Serikat Setelah Serangan 9/11
Gedung Putih. (Foto: skeeze dari Pixabay)
Washington, era.id - Pekan ini bakal jadi hari-hari terberat bagi Amerika Serikat (AS). Wabah virus COVID-19 yang merebak di negeri Paman Sam itu telah menelan banyak korban jiwa di sejumlah wilayah seperti New York, Michigan, dan Lousiana.

Sebelum ini, Amerika pernah mengalami hari terberat dalam sejarahnya, di antara pada peristiwa Pearl Harbor tahun 1941 dan serangan 9/11 tahun 2001. Kesemuanya menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang fantastis.

Pada tragedi Pearl Harbor, sebanyak 188 pesawat terbang Amerika Serikat hancur akibat serangan dadakan yang dilakukan oleh Angkatan Laut Jepang terhadap Armada Pasifik Angkatan Laut AS yang tengah berlabuh di Pangkalan AL Pearl Harbor, Hawaii. Serangan ini juga mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2.403 orang dan 1.178 korban luka.

Baca Juga : Wafatnya Franklin Delano Roosevelt

Serangan torpedo ke Kapal USS West Virginia (Foto: Official U.S. Navy photograph)

Sejak peristiwa Pearl Harbor, hari-hari terberat bagi Amerika berlanjut pada tragedi serangan 11 Septermber 2001. Di mana 19 pembajak dari kelompok militan Islam, al-Qaeda, membajak empat pesawat jet penumpang. Para pembajak sengaja menabrakkan dua pesawat ke Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York City. Kedua menara itu kemudian runtuh dalam kurun waktu dua jam. 

Pembajak juga menabrakkan pesawat ketiga ke Pentagon di Arlington, Virginia. Ketika penumpang berusaha mengambil alih pesawat keempat, United Airlines Penerbangan 93, pesawat ini jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania dan gagal mencapai target aslinya di Washington, D.C. Menurut laporan tim investigasi 911, sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan ini.

Serangan 11 September 2001. (Foto: Commons Wikimedia)

Hari-hari terburuk bagi AS kembali terulang pada hari ini. New York, negara bagian yang paling terpukul, melaporkan pada Minggu (5/4) bahwa ada hampir 600 kematian baru dengan total 4.159 kematian dan 122.000 total kasus. Korban meninggal akibat virus COVID-19 itu jauh melampaui korban tewas akibat serangan 9/11, beberapa tahun silam.

Mayat-mayat korban COVID-19, penyakit pernapasan mirip flu yang disebabkan oleh virus korona, ditumpuk dalam kantong oranye terang di dalam kamar mayat sementara di luar Pusat Medis Wyckoff Heights di Brooklyn, menurut foto yang diberikan kepada Reuters.

Kepala operasional Korps Layanan Kesehatan Masyarakat AS Jerome Adams memperingatkan di Fox News Sunday bahwa masa sulit ada di depan tetapi "ada cahaya di ujung terowongan jika setiap orang melakukan bagian mereka selama 30 hari ke depan."

"Ini akan menjadi minggu paling sulit dan paling menyedihkan dalam kehidupan kebanyakan orang Amerika, terus terang. Ini akan menjadi momen Pearl Harbor kita, momen 9/11 kita, hanya saja itu tidak bersifat lokal," katanya.

"Itu akan terjadi di seluruh negeri. Dan aku ingin Amerika mengerti itu."

Tempat-tempat seperti Pennsylvania, Colorado, dan Washington DC mulai menyaksikan peningkatan kematian. Gugus tugas penanganan virus korona Gedung Putih memperingatkan ini bukan waktunya untuk pergi ke toko kelontong atau tempat-tempat umum lainnya.

 

Sebagian besar negara bagian telah memerintahkan penduduk untuk tinggal di rumah kecuali untuk keperluan penting, guna memperlambat penyebaran virus di AS di mana lebih dari 321.000 orang dinyatakan positif dan lebih dari 9.100 orang telah meninggal, menurut penghitungan Reuters.

Namun, beberapa gereja mengadakan pertemuan besar pada Minggu Palma, awal Pekan Suci di gereja-gereja Kristen. "Kami menentang aturan karena perintah Tuhan adalah menyebarkan Injil," kata Tony Spell, pendeta Gereja Life Tabernacle di pinggiran kota Baton Rouge, Louisiana.

Dia telah menentang perintah negara untuk tidak berkumpul dalam kelompok besar dan telah dikenai enam pelanggaran ringan. Louisiana telah menjadi tempat paling berbahaya dalam penularan virus. Pada Sabtu (4/4), negara bagian itu melaporkan lonjakan kematian menjadi 409 dan lebih dari 12.000 kasus.

Baca Juga : Pesan Trump untuk Warganya: Minggu Depan Banyak yang Meninggal di AS

Gubernur John Bel Edwards mengatakan kepada CNN pada Minggu bahwa negara bagian itu kemungkinan kehabisan ventilator pada Kamis mendatang.

Pakar medis Gedung Putih memperkirakan antara 100-240 ribu orang Amerika dapat terbunuh dalam pandemi, bahkan jika perintah untuk tinggal di rumah diikuti. Presiden Donald Trump memperingatkan pada Sabtu bahwa hari-hari ke depan bisa "sangat mengerikan".

Rekomendasi