Jumlah Kasus di bawah 100, Orang Bali Antikorona?

| 16 Apr 2020 20:12
Jumlah Kasus di bawah 100, Orang Bali Antikorona?
Penyemprotan Disinfektan di Bali (Twitter)
Jakarta, era.id - Sudah hampir dua bulan sejak kasus pertama penularan virus korona baru di Indonesia pertama kali diumumkan. Jumlah kasus positif di Tanah Air pun mencapai 5.516 kasus dengan korban meninggal sebanyak 496 orang.

Tapi, lebih dari separuh kasus terkonsentrasi di pulau Jawa yang padat penduduk. Kasus persebaran virus korona di Bali menjadi sorotan media asing. Pasalnya, sampai saat ini angka kasus positif pasien terjangkit COVID-19 di pulau destinasi wisata dunia itu relatif kecil ketimbang di daerah lain yang bukan destinasi wisata terkenal seperti Bali.

Hingga Kamis (16/4/2020), ada 98 kasus positif korona di Bali, 32 orang di antaranya sembuh dan 2 meninggal.

Media asal Hong Kong, Asia Times, Kamis (16/4/2020) menyoroti angka kasus korona di Bali yang kecil. Padahal, Bali mempunyai populasi 4,2 juta penduduk dan jutaan warga asing keluar masuk setiap tahun. Apalagi, mayoritas turis asing yang datang dari China, episentrum dan 'titik nol' penularan virus SARS-CoV-2.

Sementara di Bali terkesan biasa saja. Tidak ada laporan rumah sakit penuh atau kebijakan yang ekstrem untuk mencegah penularan virus korona. Media asing mengira jika orang Bali mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lebih baik terhadap virus korona baru.

Jumlah kedatangan wisatawan China ke Bali sebenarnya meningkat sebesar 3% pada Januari atau di bulan yang sama dengan kebijakan lockdown Wuhan. 

"Bahkan mereka masih tiba sampai 5 Februari ketika pihak berwenang akhirnya pindah untuk melarang siapapun yang berada di China dalam 14 hari sebelumnya,” tulis Asia Times.

Asia Times juga menyoroti industri pariwisata di Bali ikut terdampak akibat kasus persebaran virus korona yang begitu masif. Damak akibat korona diprediksi bakal lebih dari dampak akibat tragedi Bom Bali pada 2002 silam.

“Industri pariwisata Bali belum pernah terpukul sekeras ini sejak pengeboman teroris 2002 yang membuat ekonomi lokal hancur. Pengeboman pada 2005 ikut menambah dampak buruk,” tulis Asia Times.

 

Rekomendasi