Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menyebut angka itu merujuk data pemantauan yang mereka miliki pada Rabu (22/4/2020) pukul 16.00 WIB. Dari data 1.380 pasien yang sudah dinyatakan sembuh itu, terdiri dari 1.086 ODP, 243 pasien PDP dan 51 orang pasien terkonfirmasi.
"Angka kesembuhan lebih tinggi 6 persen dari pada kematian," kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, dr Ponco Nugroho, seperti dilansir laman resmi Pemkot Surabaya, Kamis (23/4) kemarin.
Semua pasien yang sembuh itu berasal dari pasien rawat jalan dan rawat inap. Bagi pasien rawat jalan, Pemkot Surabaya juga mempersiapkan sejumlah kebutuhan, seperti makan sehari tiga kali, minuman tradisional pokak, telur rebus, vitamin, masker bahkan kebutuhan pribadi seperti sikat gigi, sisir, sabun mandi, sampo, piring hingga sendok.
"Kami berusaha semaksimal mungkin agar imun mereka meningkat. Apalagi psikis orang yang diperhatikan itu positive thinking dapat menambah imun," jelas dr Ponco.
Di satu sisi, Surabaya juga gencar melalukan tes rapid dan tes swab kepada banyak warganya. Ini juga yang membuat angka positif di Surabaya mengalami kenaikan.
Apalagi metode yang digunakan, misalnya salah satu pasien saat dilakukan rapid test hasilnya negatif, maka tidak berhenti sampai di situ. Seminggu setelah itu, dilakukan kembali rapid test kedua. Hal ini juga berlaku ketika pasien itu dilakukan tes swab.
"Jadi meskipun hasil swab pertama negatif, tapi kami ulang kembali tesnya 7-14 hari setelah tes pertama. Dan itu dilakukan semasif mungkin termasuk orang dalam resiko (ODR) dan orang tanpa gejala (OTG)," jelasnya.
Warga Surabaya yang berstatus sebagai ODR berjumlah 4.297 jiwa. Dari angka tersebut, warga yang telah selesai dipantau mencapai 4.054 jiwa. Artinya, yang sedang terpantau saat ini jumlahnya 243 jiwa. Sementara itu, jumlah warga yang statusnya sebagai OTG sebanyak 647 orang. Mereka terdiri dari 318 sudah selesai dipantau dengan 14 hari masa inkubasi.
"Tinggal 329 yang sedang dalam pantauan," sambungnya lagi.
Khusus kasus kematian, kata dr Ponco, yang meninggal dunia sebagian besar memiliki riwayat penyakit penyerta. Dari data menyebutkan, cuma dua pasien meninggal tanpa penyakit penyerta.