Aktivitas Manufaktur Indonesia Paling Lesu se-Asia Tenggara

| 05 May 2020 08:45
Aktivitas Manufaktur Indonesia Paling Lesu se-Asia Tenggara
Ilustrasi (Dok. BPMI)
Jakarta, era.id - Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada April 2020 mengalami penurunan signifikan karena pandemi COVID-19. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dari hasil survei yang dilakukan IHS Market bahwa posisi PMI manufaktur berada di angka 27,5 dan mengalami penurunan dibanding Maret 2020 sebesar 43,5.

"Hari ini bahwa kita baru mendapatkan angka untuk PMI Manufaktur kita ada di level 27 paling dalam di banding ASEAN," ujar Sri Mulyani dalam rapat virtual dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Senin (4/5).

Seperti diketahui, PMI manufaktur adalah indikator ekonomi yang dibuat dengan melakukan survei terhadap sejumlah Purchasing Manager di berbagai sektor bisnis. Angka indeks PMI tinggi menunjukkan optimisme pelaku sektor bisnis manufaktur terhadap prospek perekonomian.

Menurut Menkeu, survei tersebut memperlihatkan penurunan posisi PMI ke posisi terendah sepanjang survei pada bulan April. Hal tersebut turut dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang berimbas pada tidak beroperasinya pabrik dan anjloknya demand.

Posisi PMI manufaktur Indonesia saat ini yang terparah sejak tahun 2011. Namun, Sri Mulyani menyebut, angka PMI Jepang dan Korea Selatan juga mengalami penurunan cukup mendalam di tengah pandemi saat ini.

"Sektor manufaktur ini yang harus kita waspadai itu adalah untuk bulan April terutama," katanya.

Pemerintah terus berupaya mengatasi pandemi COVID-19. Salah satunya yaitu tindakan pencegahan lewat PSBB untuk mengantisipasi penyebaran virus korona dari kota ke desa dan kembali lagi ke kota.

"Jangan sampai Indonesia mengalami efek pingpong masuk lagi ke Jakarta dan keluar lagi ini jadi masalah menantang di daerah masing-masing," pungkasnya.

 

Rekomendasi