Karya Anak Bangsa, ITB Bikin Hazmat Bukan Sekali Buang

| 15 May 2020 18:10
Karya Anak Bangsa, ITB Bikin Hazmat Bukan Sekali Buang
Foto Dok ITB
Bandung, era.id - Pandemi COVID-19 melahirkan banyak inovasi karya anak bangsa di bidang kesehatan. Blessing in disguise. Kali ini kabar gembira datang dari Institut Teknologi Bandung (ITB) .

Kampus ini meluncurkan produk alat pelindung diri (APD). Diberi nama Water Repellant Reusable Hazmat. Sesuai arti dari namanya, APD ini tidak sekali pakai sehingga bikin banyak limbah medis. Hazmat ini bisa dipakai berulang kali oleh para tenaga medis.

Dilansir dari laman resmi ITB, produk ini dikembangkan Dosen Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Tyar Ratuannisa. Ia merancang APD tersebut dengan bahan dasar dari taslan rinjani. Produk ini dilatarbelakangi masalah kelangkaan ketersediaan APD tenaga medis yang ada di lapangan. Seperti diketahui, masih banyak tenaga medis yang menggunakan alat pelindung diri seadanya dengan jas hujan.

"Bahan yang digunakan menggunakan alternatif tekstil dengan spesifikasi minimum untuk keperluan hazmat yakni dengan taslan rinjani (water repellent and clear taslan) tanpa menggunakan coating dengan lilin,” ujar Tyar yang diwawancara reporter Humas ITB.

Ada banyak keunggulan dari Water Repellant Reusable Hazmat. Produk ini menggunakan clear taslan, kedua berbahan woven polyester fabric, ketiga tahan terhadap air (water repellent), dan keempat dapat bergerak dengan lebih leluasa (breathable). Selain menggunakan bahan yang aman, produk ini juga telah dilakukan pengujian oleh Laboratorium Penujian Tekstil Kementerian Perindustrian pada 17 April yang lalu. 

"Hasil dari pengujian tersebut menunjukkan bahwa dengan penetrasi yang dilakukan terhadap kain taslan rinjani, didapatkan hasil uji senilai 2,5 dan terindikasi aman dan layak untuk digunakan,” jelasnya.

Yang menarik lagi, proses produksi APD ini dilakukan penjahit rumahan di Kota Cimahi. Tempat tersebut dipilih karena selama masa pandemi ini, bisnis tersebut mengalami penurunan keuntungan akibat kehilangan pesanan dari pemesan. Biaya produksi hanya berkisar Rp120 ribu – Rp125 ribu saja.

Rekomendasi