Pengacara terdakwa kasus megakorupsi e-KTP Setya Novanto, bernama Firman Wijaya yang disebut memfitnah SBY. Firman pernah bilang kalau SBY terlibat kasus korupsi yang merugikan negara Rp2,3 triliun itu, pada 25 Januari 2018.
Nama baik ketua umum dan partai yang seolah harga mati, para kader berkonsolidasi. SBY pun mengambil tempat untuk mengungkapkan perasaannya.
Tidak sedikit yang menangis, tidak sedikit juga yang meringis. Wajah penuh harap sekaligus resah tampak dari para kader Demokrat ketika pukul 15.00 WIB, saat SBY memberikan pernyataannya di hadapan mereka dan insan pers.
Didampingi istri dan dua anaknya, SBY memberikan pernyataan bahwa dirinya tidak ada sangkut pautnya dengan drama e-KTP. Nadanya tenang, wajahnya konstan, suaranya tegas.
Ini kontras dengan keluarganya. Seperti, anak pertamanya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang lebih banyak tertunduk sejak awal menemani sang ayah. Tangannya juga terlihat terkunci di depan. Dia tak banyak bergerak.
Anak keduanya, Edhie Baskoro Yudhoyono hampir mirip dengan AHY. Ibas, sapaan Edhie, terlihat beberapa kali melamun dengan wajah ditekuk sepanjang ayahnya berbicara. Berdiri tegap dengan tangan dikepal di kiri dan kanan, Edhie tampak lebih kaku.
Dari seluruh keluarga SBY, Ani Yudhoyono tampak lebih emosional. Dia bahkan sempat terlihat menyeka air matanya dengan tangan kiri ketika SBY mengungkapkan bahwa kasus fitnah yang dilayangkan pada dirinya telah mengusik keluarganya.
Seorang kader kemudian memberikan tisu kepadanya. Ani juga terlihat sekali mengusap pundak Edhie ketika SBY menyinggung soal fitnah-fitnah yang dilayangkan kepada Ibas. Usapan sang ibu dibalas dengan anggukan dan senyum yang lemah.
Dalam kesempatan ini, SBY juga berusaha menenangkan kadernya ketika mulai reaktif dan berteriak-teriak menunjukkan rasa amarah dan tidak terima. SBY terus mengingatkan kadernya untuk tidak reaktif, terutama ketika SBY mengungkapkan bahwa dirinya dapat dipastikan bersih dari drama megakorupsi ini.
"Sikap saya tidak megintervensi proyek e-KTP dan program lain, tidak ada conflict of interest, selama saya jadi presiden, silakan dicek," tegas SBY dalam pidatonya itu, Selasa (6/2/2018).
Suasana yang awalnya begitu syahdu, semua mata tertuju pada sang ketua umum, menjadi riuh ketika SBY mengatakan bahwa apa yang dilakukannya ini adalah perang melawan ketidakadilan.
“Inilah yang harus kita ungkap, ini perjuangan saya, jihad saya mendapat keadilan di negeri yang saya cintai,” tutur SBY yang disambut pekik semangat dan tepuk tangan para kader partai.
Suasana semakin ramai dan riuh ketika SBY mengatakan dia akan pergi ke Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, untuk melaporkan Firman Wijaya. Hampir semua berteriak ingin ikut serta menemani Sang Jenderal. Seorang kader pria paruh baya bahkan terlihat berteriak sambil menangis minta diizinkan menemani ke Bareskrim. Namun, SBY menolak. Baginya, ketenangan adalah kunci. Ia memilih untuk pergi bersama istri terkasih.
”Biar saya sendiri yang datang ke bareskrim, saya hanya ingin didampingi ibu Ani istri tercinta, saya dan beberapa pendamping yang akan sekaligus menjadi lawyer. Ini perang saya. This is my war. Perang untuk keadilan. Bantu saya doa, mohon pada Allah saya diberikan pertolongan,” tuturnya sambil menenangkan kadernya yang ramai berteriak minta diizinkan menemani.
Ketika SBY meninggalkan panggung setelah 25 menit berbicara, kader Demokrat pun ramai-ramai meneriakkan salam perjuangan dan tak sedikit yang mendoakan sang Jenderal sukses. Satu susah, semua ikut merasakan susah. SBY pergi menghadapi perangnya dengan suntikan dan senjata semangat dari bala tentaranya.
"Lawan," teriak sejumlah kader Demokrat.