"Kalau untuk mundur dari wakil ketua MPR memang iya. Sebenarnya sudah sejak lama hanya masih mencari waktu yang tepat," kata Wakil Ketua Umum Partai Hanura, Gede Pasek Suardika dihubungi, Jakarta, Rabu (7/2/2018).
Pasek menambahkan, keinginan Oesman mundur dari pimpinan MPR disampaikan saat dialog perayaan Hari Pers Nasional di Padang, beberapa waktu lalu. Keputusan ini pun sudah final.
Pasek mengatakan, memang Ketua Umum Partai Hanura itu sejak awal ingin mundur dari kursi wakil ketua MPR. Namun, dia terikat dengan sistem pemilihan pimpinan MPR kala itu, yang dilakukan secara paket dari gabungan partai politik dan anggota DPD.
"Sekarang sudah disampaikan secara resmi," ujar dia.
(Infografis: era.id)
Oesman adalah Ketua Umum Partai Hanura. Beberapa waktu yang lalu namanya santer di kalangan publik. Sebab, partainya mengalami masalah internal. Partainya terbelah menjadi dua kubu. Ada kubu Oesman dan ada kubu Sarifuddin Sudding. Keduanya pun melakukan aksi saling pecat.
Hingga akhirnya, kubu Sudding melaksanakan Munaslub setelah memecat Oesman dan mengangkat Daryatmo sebagai Ketua Umum.
Pada 24 Januari, Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto menyatukan mereka dalam upaya rekonsiliasi. Wiranto bilang, semuanya sepakat menujuk Oesman menjadi Ketua Umum.
"Sudah enggak ada kubu-kubuan. Damai ya damai. (Ketua Umumnya siapa?) Pak Oso (Oesman Sapta Odang)," kata Wiranto di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Dalam kesempatan itu, Oesman menegaskan, ada sejumlah nama yang dia pecat. Salah satunya adalah Sekretaris Jenderal Sarifuddin Sudding.
"Sudding itu, Sudding sudah dipecat dia," kata Oesman.
Sementara, Daryatmo membantah ada pemecatan terhadap Sudding. Kata Daryatmo, Sudding masih menjabat sebagai Sekjen dari kubunya.
"Belum, dia masih sekjen saya," kata Daryatmo.