Mengenal Wong Kalang, Legenda Suku Manusia Hutan dari Tanah Jawa

| 21 Jun 2020 22:30
Mengenal Wong Kalang, Legenda Suku Manusia Hutan dari Tanah Jawa
Ilustrasi manusia hutan (Foto: Unsplash/Simon Wijers)
Jakarta, era.id - Membahas soal suku dari tanah Jawa, kerap kali tak lepas dari cerita legenda soal suku Kalang atau Wong Kalang. Cerita soal subsuku ini suda ada sejak lama di masyarakat Jawa. Mereka ada sejak zaman kerajaan-kerajaan nusantara. Tetapi karena satu dan lain hal, mereka dikucilkan oleh masyarakat mayoritas saat itu. Pengucilan tersebutlah yang mengawali sebutan "kalang".

Asal Wong Kalang masih jadi perdebatan juga hingga saat ini. Dikutip dari Paragram, Minggu (21/6/2020), konon Wong Kalang berasal dari dataran India. Sejak zaman dahulu, pedagang dari negeri itu membawa Wong Kalang karena diangap memiliki kekuatan besar. Sayang, kemampuan berpikirnya rendah.

Menurut mitos orang kalang adalah maestro pembuat candi yang secara fisik berbadan kuat dan tegap. Ada kemungkinan juga mereka berasal dari Khmer atau Kamboja dimana orang kuat di negeri tersebut diterjemahkan sebagai manusia k'lang. Di mana seperti kita ketahui candi di negeri Khmer mempunyai kemiripan dengan candi di Jawa.

Setelah Hindu masuk, Wong Kalang semakin tersisih oleh sistem pengastaan, karena ketidakjelasan nenek moyang mereka. Orang Kalang pun dipaksa tinggal di daerah-daerah pengasingan, seperti pantai yang berpaya-paya, tepi sungai, lereng-lereng gunung yang tinggi, serta tanah-tanah tandus. Sebagian lainnya hidup nomaden dari hutan ke hutan. Lingkungan yang keras itu menempa mereka menjadi pekerja keras.

Sehingga, pihak otoritas Kerajaan Majapahit waktu itu memanfaatkan tenaga mereka untuk proyek-proyek fisik berskala besar, antara lain sebagai penebang pohon, juru angkut, terkadang juga prajurit tempur di medan peperangan.

Wong Kalang

Ilustrasi Wong Kalang (Dictio.id)

Disebutkan dalam buku Javaansch Nederhuitsch Woordenboek bahwa Kalang adalah nama sebuah etnis di Jawa yang dulu hidup di sekitar hutan, dan mereka diduga memiliki asal keturunan yang hina. Antara lain karena dianggap keturunan atau anjing.

Secara fisik, menurut Veth, orang Kalang memang memiliki fisik yang lain dengan penduduk setempat. Mereka lebih mirip dengan suku Negrito di Filipina yang berkulit legam dan berambut keriting. Orang Kalang juga dianggap pendatang dari Kedah, Kelang, dan Pegu pada tahun 800 Masehi.

Dengan sejumlah perbedaan fisik dan latar belakang tersebut, orang Kalang memilih hidup memisahkan diri dari pemukiman warga lainnya. Akhirnya, oleh otoritas Kerajaan Hindu saat itu, mereka dicap tidak memiliki kasta (kaum paria). Semakin besarlah jarak di antara mereka dan masyarakat umum. Sebab dalam sistem kasta, orang yang tidak berkasta tidak boleh berhubungan dengan orang yang berkasta, sekalipun itu orang dari kasta terendah (Sudra).

Kendati demikian, hubungan kerja tetap terjalin sesekali. Namun, karena karakter orang Kalang yang keras, liar, dan berbahaya, sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Antara lain pembangkangan orang Kalang,

Seiring dengan perkembangan zaman dan tidak berlakunya sistem kasta, orang-orang Kalang sudah banyak berbaur dengan masyarakat lainnya, baik dalam pergaulan sosial maupun pernikahan. Suku ini sudah diterima dengan baik di Indonesia. Demikian pula sebaliknya, suku Kalang juga dapat menerima orang-orang dari luar sukunya.

Orang Kalang saat ini banyak tersebar di Provinsi Jawa Tengah.

Rekomendasi