"Memang akan dikaji lebih lanjut. Teknologi yang digunakan tidak hanya bisa meng-capture mobil, motor juga bisa," kata Andri di Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (8/2/2018)
ERP sendiri merupakan gerbang persegi panjang yang dilengkapi dengan sensor. Nantinya sensor tersebut akan membaca saldo tiap On Board Unit (OBU) yang tertempel di kendaraan dan melintasi gerbang itu.
Jika sistem ini turut diterapkan pada sepeda motor, dapat dipastikan di tiap motor akan tertempel alat OBU yang ukurannya sebesar bungkus korek api. Alat ini sendiri berharga sekitar Rp250.000. Namun sistem pembelian OBU sendiri bersifat deposito sehingga dapat dijual kembali.
"Sekitar Rp200-Rp250 ribu. Bukan beli, tapi deposit. awalnya deposit dulu, kalau mau dijual lagi bisa," ucapnya.
Andri ingin OBU ini ditempelkan di tiap kendaraan dapat dipergunakan dalam berbagai sistem tidak hanya ERP, melainkan juga parkir, tol dan lain sebagainya.
Program ERP ini masih dalam tahap pelelangan. Andri mengatakan, proses lelang ini akan ketat. Ada terdapat beberapa syarat khusus untuk mengikuti lelang tersebut.
"Proven sudah diuji di negara top dunia. Teknologi yang bisa diterapkan di parkir, tol, bayar pajak, semua. Teknologi terbuka, kalau ada sesuatu yang rusak tidak mengandalkan dia (pemenang lelang) tetapi bisa vendor lain," kata Andri.
Andri juga menegaskan, kebijakan ERP ini bisa digunakan untuk menjaga ritme volume kendaraan, bukan sekadar mencari keuntungan.
Selain itu, dirinya juga enggan menyerahkan sistem ini ke swasta karena dikhawatirkan ketika program ini sudah balik modal, pihak swasta tidak lagi bertanggung jawab.
"Tarif fluktuatif. Sudah mahal masih banyak (mobil lewat) kita mahalin lagi. Masih banyak juga? Kita makin mahalin lagi makanya saya enggak mau menyerahkan ke swasta, swasta terapin tarif A selama 2 tahun, sudah balik (modal), bodo amat (ditinggal)," lanjut Andri.