"Saya jamin, ke depan tidak ada lagi pembabatan hutan mangrove. Justru kami akan menanami mangrove," kata Edhy Prabowo dalam rilisnya di Jakarta, Kamis.
Ia beralasan, saat ini sudah ada inovasi cara budidaya, di mana penerapan dari inovasi tersebut tidak membutuhkan lahan yang luas, namun hasil panennya melimpah.
Edhy mengungkapkan, inovasi ini dikenal dengan sistem intensifikasi yang saat ini sedang digalakkan KKP. Menurutnya sistem intensifikasi lebih produktif dibanding tambak yang pengerjaannya secara tradisional.
"Kalau dulu itu 10 hektare lahan dapatnya hanya 1 ton. Tapi sekarang, 1 hektare lahan bisa menghasilkan 10 sampai 15 ton udang. Dan ini sudah terbukti di banyak tempat di Indonesia," ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa daya serap udang sangat tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Diketahui produksi udang nasional baru sekitar 800 ribu hingga 1 juta ton per tahun. "Jadi ini potensi pasarnya sangat besar," ucap Edhy.
Lebih lanjut, Edhy menerangkan selain menggunakan sistem intensifikasi, pihaknya akan menerapkan konsep silvofishery. Melalui konsep ini, area-area bekas tambak akan kembali ditanami mangrove sembari dimanfaatkan untuk budidaya biota laut lainnya, seperti ikan kerapu, udang windu, dan kakap putih.