Penularan Ganas Demam Babi Afrika, 460 Babi Mati di NTT

| 17 Jul 2020 15:02
Penularan Ganas Demam Babi Afrika, 460 Babi Mati di NTT
Demam babi Afrika (Dok. Antaranews)
Jakarta, era.id - Penjualan babi di kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dibatasi karena kekhawatiran penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika. Pemerintah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, juga membatasi lalu lintas ternak babi di dalam daerah setempat agar ASF di daerah itu tidak meluas.

"Kami membatasi lalu lintas ternak antar kecamatan, antar desa, karena serangan penyakit ASF ini lebih banyak muncul dari aktivitas penjualan ternak di dalam wilayah Sikka," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Mauritz Da Cuncha, ketika dihubungi dari Kupang dikutip dari Antaranews, Jumat (17/7/2020).

Ia mengatakan, surat edaran Bupati Sikka pada pekan lalu mengatur agar ternak babi untuk sementara ini jangan dijual di pasar-pasar hewan yang ada di Sikka. Upaya pembatasan ini penting dilakukan karena salah satu penyebab utama penyebaran penyakit ASF di Sikka yakni melalui jual-beli ternak babi di pasar.

"Ada warga yang beli babi di Pasar Alok kemudian pulang dan dibawa ke kandangnya di Kecamatan Nita lalu terkena. Kemudian juga lewat daging yang dibeli di pasar untuk dikonsumsi dan sisa makanan diberikan ke ternak mereka. Pola penularannya seperti ini sehingga lalu lintas ternak perlu dibatasi," katanya.

Baca juga: Flu Babi, Kementan Awasi 'Lalu Lintas' Babi

Ia mencatat hingga Kamis (16/7) jumlah kasus kematian babi di Sikka akibat terserang penyakit ASF mencapai 460 ekor berdasarkan data laporan masyarakat maupun tim dari dinas yang diterjunkan ke lapangan. Diperkirakan kasus kematian babi kemungkinan lebih banyak dari jumlah yang tercatat karena banyak masyarakat yang tidak memberikan laporan ketika ternak babinya mati.

Mauritz penyakit ASF lebih dominan menyerang ternak babi milik warga di Kecamatan Lela dan Kecamatan Ile Bura yang selama ini dipasok ke pasar-pasar di daerah setempat.

"Sementara kasus kematian babi yang dipelihara terpisah di rumah-rumah warga dengan jumlah satu, dua ekor itu jarang terkena," katanya.

Ia juga terus mengimbau agar masyarakat memperbaiki cara pemeliharaan ternak babi dengan memberikan makanan yang bernutrisi bagus dan rutin membersihkan kandang.

"Penyakit ASF ini tidak menyerang manusia tetapi penularannya sangat ganas dan bisa membunuh babi-babi dalam satu kandang secara cepat dan belum ada vaksinnya sehingga upaya yang perlu dilakukan, yaitu meningkatkan pencegahan," katanya.

Tags :
Rekomendasi