Novanto Tampik Tudingan Rekayasa Nama SBY
Novanto Tampik Tudingan Rekayasa Nama SBY

Novanto Tampik Tudingan Rekayasa Nama SBY

By Nanda Febrianto | 12 Feb 2018 12:52
Jakarta, era.id - Terdakwa kasus pengadaan e-KTP Setya Novanto mengelak tuduhan merekayasa munculnya nama Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dalam sidang pokok kasus korupsi e-KTP. Menurutnya itu fakta yang ada dalam persidangan.

"Ya itu kan semua dalam persidangan. Jadi, memang Mirwan Amir lebih tahu karena dia waktu itu di Demokrat. Perlu dipertegas kembali, dari Mirwan Amir karena beliau yang tahu perkembangan saat SBY jadi Presiden," kata Novanto di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat, Senin(12/2/2018).

Kendati mengelak tudingan, Novanto mengaku terkejut dengan kesaksian yang diberikan Mirwan Amir dalam persidangan sebelumnya. Namun dia menganggap hal tersebut wajar terjadi dalam proses persidangan.

"Saya baru tahu kemarin. Kaget juga. Kebenaran harus kita klarifikasi pada Mirwan Amir secara jelas," lanjutnya.

Novanto kembali menepis adanya dugaan pertemuan antara kuasa hukumnya, Firman Wijaya, dengan Mirwan Amir untuk memunculkan nama SBY dalam persidangan. Menurutnya, jawaban itu muncul dalam persidangan karena Firman  ingin mengklarifikasi pernyataan Mirwan saat bersaksi.

"Saya baru tahu di persidangan Mirwan bicara seperti itu. Itu dipertanyakan Pak Firman. Pak Firman ingin klarifikasi. Saya tanya ke Pak Firman, sudah tahu masalah itu, dijawab belum," katanya.

Sebelumnya SBY meradang setelah namanya disebut dalam persidangan e-KTP. SBY menilai, kemunculan namanya itu bagian dari rekayasa. Ditemani istri, Ani Yudhoyono, dan kedua anaknya, SBY berbicara di depan ratusan kader partainya di markas Partai Demokrat, Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (6/2).

"Tiba-tiba ada percakapan antara pengacara Firman Wijaya dan Mirwan Amir yang aneh, out of context, tidak nyambung," kata SBY kala itu. 

SBY kemudian melaporkan Firman ke Bareskrim Mabes Polri, Selasa (6/2). SBY hanya ditemani istri dan menolak diantar kader dan pengurus partainya karena merasa fitnah ini adalah peperangannya sendiri. 

Rekomendasi
Tutup