Biofarma Ungkap Alasan Uji Klinis Kandidat Vaksin COVID-19 Sinovac di Indonesia

| 29 Jul 2020 15:34
Biofarma Ungkap Alasan Uji Klinis Kandidat Vaksin COVID-19 Sinovac di Indonesia
Ilustrasi vaksin COVID-19 (Dok. Shutterstock)

ERA.id - Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinik Bio Farma Novilia Sjafri Bachtiar mengatakan uji klinis kandidat vaksin COVID-19 di Indonesia dilakukan untuk mempercepat ditemukannya vaksin. Sehingga bisa segera digunakan masyarakat untuk mencegah penyebaran COVID-19.

"Kenapa uji klinis di Indonesia? Karena ini untuk mempercepat akses kita ke vaksin," kata Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinik Bio Farma Novilia Sjafri Bachtiar dalam seminar virtual, Jakarta dikutip dari Antaranews, Rabu (29/7/2020).

Novilia menuturkan bila uji klinis dilakukan di Indonesia maka diharapkan akan diperoleh vaksin yang benar-benar sesuai dengan masyarakat Indonesia.

Bio Farma bekerja sama dengan Sinovac asal China melakukan uji klinis kandidat vaksin tahap III. Vaksin tersebut berbasis virus yang di-inaktifkan (inactivated) atau dimatikan.

Kandidat vaksin COVID-19 buatan Sinovac itu sudah masuk tahap uji klinis III di Brazil dan Bangladesh, dan akan dilakukan di Indonesia yang rencananya pada Agustus 2020.

Vaksin berbasis virus yang diinaktifkan itu dipilih karena teknologinya sudah dikenal dan digunakan di dunia cukup lama, tidak perlu menggunakan alat injeksi khusus (special injection device), dan sudah "advance" dalam daftar kandidat vaksin COVID-19 Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Novilia menjelaskan alasan kerja sama dengan Sinovac karena sudah memiliki pengalaman dalam pengembangan vaksin SARS dan H1N1, sudah memiliki produk "inactivated", dan sudah memiliki produk yang mendapat kualifikasi dari WHO.

Ia menuturkan vaksin dibuat untuk mencegah penyakit infeksi yang menimbulkan penyakit yang fatal yang mengakibatkan kematian atau cacat, yang sangat cepat menular, dan dengan beban penyakit yang tinggi.

Imunisasi dengan memberikan vaksin kepada masyarakat bermanfaat untuk menciptakan kekebalan global atau herd immunity. Adapun tantangan dalam pengembangan vaksin yaitu teknologi, biaya yang mahal, proses produksi yang membutuhkan pendanaan dan kapasitas yang besar dan penerimaan vaksin karena dikaitkan dengan isu keamanan dan halal.

"Uji klinis pada umumnya bertujuan untuk evaluasi aspek keamanan, respon imun dan efikasi dari vaksin," katanya.

Sediaan vaksin mengandung komponen yakni antigen, ajuvan, stabilizer, dan eksipien atau bahan pembantu lain. Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia, hingga 28 Juli 2020 ada sebanyak 25 kandidat vaksin yang masuk tahap uji klinis, dan 139 kandidat vaksin dalam tahap praklinis.

Vaksin yang masuk uji klinis tahap III saat ini adalah buatan Universitas Oxford/AstraZeneca, Sinovac, Wuhan Institute of Biological Products/Sinopharm, Beijing Institute of Biological Products/Sinopharm, Moderna/NIAID, BioNTech/Fosun Pharma/Pfizer.

Rekomendasi