"Ya kita dengar hal itu, sebagai orang awam sih fifty-fifty ya. Setengah panik, setengah pasrah," kata Tarza, kepada era.id, Rabu (14/2/2018).
Namun, menurut dia, jalan retak di permukimannya semakin parah akibat sering dilalui kendaraan, mobil pribadi hingga truk pengangkut sampah sungai dari arah Jalan Sultan Agung.
"Mungkin juga karena gempa kemarin," katanya.
Pantauan era.id, pada Rabu pagi, nampak 11 anggota penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Kebon Manggis serta sembilan pegawai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama membuat bronjong, diawasi Lurah Kebon Manggis, Merarianita.
Retakan jalan nampak sekitar lebih dari 40 meter. Menurut keterangan warga, awal retakan muncul sekitar satu bulan lalu. Kemudian warga bergotong-royong menutup retakan dengan semen namun kembali rusak.
Kondisi jalan retak di Jl Kesatrian, Jakarta Timur, Rabu (14/2/2018). (Yohanes/era.id)
Pada Selasa (13/2), Sandiaga mengatakan ada patahan tak aktif di wilayah Jakarta Timur. Menurut Sandiaga, informasi itu dia dapat dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Teman-teman dari BMKG mengatakan bahwa salah satu kewaspadaan yang harus kita tingkatkan adalah di sekitar wilayah Jatinegara atau wilayah yang dekat dengan Berlan ya, diprediksi ada patahan yang selama ini tidak aktif," kata Sandiaga.
Namun, Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Jaya Murjaya menyatakan Sandiaga salah. Menurutnya, tak ada patahan apapun di Jakarta, apalagi yang berpotensi gempa.
"Tidak ada kegempaan yang sumbernya di Jakarta. Jadi kami (BMKG) tidak percaya ada patahan aktif di Jakarta," kata Jaya, saat dikonfirmasi era.id.
Patahan adalah kondisi terjadinya pergerakan atau pergeseran massa batuan akibat adanya gaya geologi. Dan soal retakan di Matraman, Jaya mengatakan, tidak mungkin terjadi retakan di permukaan bumi akibat patahan tanpa ada guncangan yang dirasakan.
Lebih lanjut, Jaya mengimbau masyarakat untuk tenang. Menurutnya, BMKG tidak diam. Sumber gempa di ibu kota terus dikaji, kondisi lempeng bumi di tanah ibu kota pun terus dipantau.
Selain itu, BMKG juga tengah melacak sejarah kegempaan di Jakarta, termasuk kemungkinan terjadinya gempa seperti yang pernah terjadi pada 1600-an.
"Kami ini sedang meneliti data-data sejarah kegempaan di Jakarta. Karena data gempa kita kan kecil, sedikit," imbuhnya.