ERA.id - Bandana dan balaclava (buff) tidak efektif sebagai masker proteksi terhadap persebaran COVID-19, kata sebuah studi yang dipublikasikan Science Advances. Penelitian tersebut mendorong masyarakat untuk tidak asal memilih masker.
Studi dari Duke University mengurutkan 14 jenis masker yang banyak digunakan. Kesimpulan mereka adalah bahwa proteksi terbaik tetap didapatkan dari masker medis, sementara bandana dan balaclava, yang umum dipakai sebagai penutup wajah saat berkendara, tidak banyak memberi efek proteksi.
Masker N-95, yang dipakai sesuai ukuran wajah seseorang, ternyata mampu mereduksi transmisi percikan droplet hingga kurang dari 0,1 persen.
If you wear one of those neck fleece things you should probably stop... https://t.co/iFU3bw6nX2 pic.twitter.com/ArUCbMDhs4
— Marianna Ruggerio (@msruggerio) August 10, 2020
Masker medis berbahan poliproilena memiliki performa yang tak jauh berbeda. Masker jenis ini mampu mengurangi 90 persen transmisi droplet yang dihasilkan seseorang, misalnya saat berbicara, bersin, atau bersin.
Masker kain dinilai memberi proteksi yang cukup, karena mampu mengurangi 70 hingga 90 persen percikan droplet dari mulut atau hidung seseorang. Kualitasnya tergantung dari jumlah lapisan dan jenis lipatan jahitannya (pleating).
Namun, bandana hanya mampu memfilter droplet sekitar 50 persen saja, dan balaclava bahkan menambah lebar sebaran droplet karena menyebarkan droplet berukuran besar menjadi banyak droplet kecil.
Dan yang terakhir, masker N-95 dengan katup - yang biasanya dipakai di pabrik-pabrik dengan tujuan berbeda - hanya memberi efek proteksi sama dengan masker kain. Dalam hal ini otoritas kesehatan di beberapa negara tidak menyarankan penggunaan N-95 yang berkatup untuk kebutuhan proteksi terhadap COVID-19.
Penggunaan masker penting atas dasar bahwa 30-40 persen orang yang terinfeksi COVID-19 tidak bergejala dan bisa menularkan virus yang bisa berakibat pneumonia akut tersebut ketika mereka batuk, bersin, atau sekadar berbicara.
Studi ini telah mendorong perubahan kebijakan kesehatan masyarakat, contohnya di Amerika Serikat. Perusahaan atau organisasi, yang mendistribusikan masker ke karyawan atau komunitas tertentu, diharapkan juga bisa memiliki diskresi yang lebih baik mengenai jenis masker yang mereka pilih.