Menurut keterangan enam saksi, penyebab robohnya konstruksi diduga akibat baut pengencang bracket tember tidak terpasang kuat. Bracket tember berfungsi menyangga material bangunan ataupun alat yang mau dicor.
Saat peristiwa terjadi, ketika pekerja melakukan pengecoran adonan beton, bracket yang longgar itu terlepas dan konstruksi yang disangganya jatuh melukai tujuh pekerja. Mereka langsung dibawa ke RS UKI dan RS Polri.
Baca Juga: Baut Kendor Sebabkan Konstruksi Becakayu Roboh
Proyek pembangunan Tol Becakayu ini merupakan bagian dari perencanaan pembangunan 245 proyek nasional pemerintah Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK). Seluruhnya ditargetkan rampung tahun 2019 mendatang. Hingga akhir Desember 2017, pemerintah baru merampungkan 26 proyek.
Para pekerja sepertinya lelah, terpaksa bekerja siang dan malam untuk memenuhi janji pemerintah merampungkan seluruh proyek yang tercatat masih jauh dari target. Atau bisa jadi juga soal pengawasan yang lemah.
Terkait dengan dugaan kejar target yang dilakukan pihak kontraktor, Wakil Ketua Komisi V DPR, Sigit Sosiantomo mengatakan pemerintah harus melakukan pendalaman.
"Ada sinyalemen bahwa target pemerintah membangun infrastruktur di seluruh Indonesia tidak diikuti dengan kesiapan semua elemen dalam mencapai hal tersebut," tulis Sigit dalam keterangan tertulisnya.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono berjanji segera mengevaluasi metodologi sistem para pekerja proyek terkait maraknya kecelakaan kerja pada proyek infrastruktur yang terjadi di waktu malam menjelang dini hari.
"Kita tahu kecelakaan konstruksi terjadi pada pagi hari, jadi kita tingkatkan metodologinya ini siapa yang bekerja, apakah yang shift siang bekerja lagi, apa yang shift ketiga," kata Basuki.
Nantinya, pemerintah akan melibatkan Asosiasi Kontraktor Indonesia untuk memimpin tim konsultan independen guna mengevaluasi seluruh aspek dalam pengerjaan proyek, mulai dari desian metodologi kerja, SOP, SDM hingga fungsi pengawasan.
Kelelahan pekerja
Menurut penelusuran yang dilakukan tim riset era.id, ditemukan fakta sebagian besar kejadian terjadi pada malam jelang dini hari, di antara pukul 22.00 hingga 05.00 WIB.
Sejak tahun 2017 hingga 2018, tercatat sebelas kecelakaan proyek terjadi di seluruh Indonesia. Dan tujuh dari sebelas kecelakaan itu terjadi pada kurun waktu di atas.
Sebelum kecelakaan proyek Tol Becakayu, kecelakaan dalam kurun waktu itu juga terjadi pada proyek pembangunan DDT di Matraman, Jakarta Timur pada Minggu (4/2). Kala itu, empat pekerja tewas tertimpa crane beton proyek DDT yang ambruk.
Kecelakaan proyek dini hari yang memakan korban jiwa juga pernah terjadi pada proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Palembang, Sumatera Selatan. Kecelakaan yang terjadi pukul 02.30 WIB itu menewaskan dua orang.
Menelusuri fenomena tersebut, kami mencari tahu apa yang terjadi pada diri seseorang yang bekerja di malam hari. Berdasar riset yang kami lakukan, faktor penurunan konsentrasi jadi salah satu hal yang pasti terjadi pada setiap orang yang bekerja malam hari.
Dalam proyek pembangunan infrastruktur, seorang pekerja memang wajib siap bekerja pada siang atau malam hari, sesuai shift yang berjalan.
Namun tetap saja, dari segi kesehatan, setiap orang memiliki jam-jam biologis, di mana setiap bagian organ tubuh menjalankan fungsi-fungsi tertentu pada jam-jam itu.
Pada malam hari, fungsi otak biasanya menurun dan menggaung. Hal tersebut berdampak pada melambatnya respons otak, termasuk dalam pengambilan keputusan ataupun reaksi fisik.
Isu keselamatan menjadi hal utama dalam pekerjaan konstruksi. Kurangnya perhatian terhadap pengawasan bagi pekerja konstruksi di malam hari harus jadi perhatian bagi seluruh pihak terkait.
Infografis (Retno Ayuningtyas/era.id)