Istiqlal yang Estetik dari Masa ke Masa

| 22 Feb 2018 05:23
Istiqlal yang Estetik dari Masa ke Masa
Masjid Istiqlal Jakarta . (Instagram Masjid Istiqlal)
Jakarta, era.id - Pada tanggal 22 Februari 1978 Masjid Istiqlal pertama kali diresmikan. Sebelum dinobatkan sebagai masjid terbesar se-Asia Tenggara, Istiqlal memiliki sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri.

Sejarah pembangunan Istiqlal bermula dari rencana membangun sebuah simbol kemerdekaan, yang merupakan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia. Nama Istiqlal sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya merdeka. Peletakan batu pertama masjid yang berada di bilangan Taman Wijayakusuma, Gambir, Jakarta Pusat, ini dilakukan Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951.

Istiqlal dari masa ke masa. (Insatgram: Masjid Istiqlal)

Konstruksi Masjid Istiqlal memiliki banyak arti estetik dari setiap desain konstruksinya. Dengan tinggi menara berukuran 6.666 sentimeter atau 66,66 meter melambangkan banyaknya jumlah ayat-ayat Al-Quran. Tinggi menara yang memiliki material baja antikarat berukuran 30 meter melambangkan jumlah juz dalam Al-Quran.

Sedangkan diameter dari kubah bangunan utama berukuran 45 meter memiliki arti 1945--Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kubah itu ditopang 12 tiang ruang ibadah utama, yang dimaknai sebagai tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW yakni 12 Rabiul Awal. Angka itu juga merepresentasikan jumlah bulan dalam penanggalan Islam maupun Masehi.

Kubah utama dilihat dari dalam masjid.

Empat tingkat dan satu lantai utama masjid ini, melambangkan angka lima sebagai jumlah rukun Islam, sekaligus Pancasila sebagai falsafah kebangsaan Indonesia. Terdapat 7 buah pintu gerbang yang dinamakan berdasarkan Asmaul Husna, ketujuh pintu tersebut adalah: Al-Fattah (Gerbang Pembuka), Al-Quddus : Gerbang Kesucian, As-Salam : Gerbang Kedamaian, Al-Malik  (Gerbang Raja), Al-Ghaffar (Gerbang Ampunan), Ar-Rozzaq (Gerbang Rezeki), Ar-Rahman (Gerbang Pengasih).

Selain itu posisi yang berseberangan dengan Gereja Katedral Jakarta, juga dimaknai sebagai simbol keharmonisan antar umat beragama di Indonesia.

Perencanaan pembangunan diawali dengan berdirinya Dewan Juri Sayembara Rancang Bangun Masjid Istiqlal, yang di ketuai oleh Presiden Soekarno. Anggota dewan juri tersebut terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Sayembara berlangsung mulai dari 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955, yang diminati oleh 30 peserta. 

Terdapat 27 peserta yang berhasil menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan sayembara tersebut. Hasil penilaian dan evaluasi dari dewan juri, menetapkan 5 peserta sebagai nominator dari berbagai kalangan mulai dari pribadi sampai dengan kelompok atau institusi dengan konsep  yang sangat menarik. Kelima peserta tersebut adalah Fredrerich Silaban dengan konsep Ketuhanan, R. Utoyo dengan konsep Istighfar, Hans Gronewegen dengan konsep Salam, 5 orang mahasiswa ITB dengan konsep Ilham, dan 3 orang mahasiswa ITB dengan konsep Khatulistiwa.

Ruang utama yang digunakan sebagai tempat salat (Istiqlal.id)

Pengumuman pemenang sayembara dilakukan pada tanggal 5 Juli 1955 oleh dewan juri yang menetapkan Fredrerich Silaban sebagai pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sebagai hadiah sayembara, pemenang pertama dianugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000. 

Fakta menarik lainnya, Silaban adalah seorang Nasrani anak dari seorang pendeta di zaman kolonial, serta mendapat julukan By the Grace of God dari Presiden Soekarno. Perjalanan panjang pembangunan Masjid Istiqlal akhirnya Masjid tersebut di resmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam.

Tags :
Rekomendasi