Dia punya modal besar sebagai petahana. Namanya pun selalu bertengger di sejumlah lembaga survei dan nyaris tidak ada yang menandingi. Selain itu, partai politik sudah mendeklarasikan dia sebagai jagoan pada Pemilu 2019. Sudah ada Nasdem, Golkar, Hanura dan PPP yang mendukung bekas Gubernur DKI Jakarta itu.
Partai-partai tadi pun langsung tancap gas melobi Presiden ketujuh itu. Lobi ini untuk membicarakan siapa yang pantas mendampingi Jokowi di 2019. Mereka mulai menitipkan kadernya untuk dipilih Jokowi.
Namun, Jokowi pun belum banyak berkomentar terkait perhelatan demokrasi lima tahunan ini. Dia cuma bilang, perjalanan ini masih panjang.
"Belum sampai ke sana, masih panjang banget, masih panjang sekali," papar Jokowi Rabu (21/2).
Yang paling ngebet adalah Partai Hanura. Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang yang pertama mendeklarasikan calon pendamping Jokowi pada Kamis (22/2). Padahal, perhelatan Pemilu 2019 belum mulai, baru pembagian nomor urut.
Oesman menunjuk Ketua Dewan Pembina Hanura, Wiranto untuk mendampingi Jokowi. Saat mendengar itu, Wiranto pun malu-malu menerimanya dan bilang mau menyelesaikan tugasnya sebagai Menko Polhukam.
Sebelum Oesman, Partai Golkar juga sudah menyiapkan strategi untuk pemenangan Jokowi. Partai berlambang beringin ini mempersiapkan program Jaringan Karya Bersama Joko Widodo (Jangkar Bejo) dan Golkar Bersama Jokowi (Gojo).
Kalau soal nama calon pendamping Jokowi, kalangan internal mendorong nama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Tapi itu masih sebatas usulan dan belum dideklarasikan. Airlangga pun belum menjawab tegas terkait usulan ini dan memilih untuk mempersiapkan Pemilu terlebih dulu.
Sedangkan PPP, lebih ekstrem lagi. Bukan tidak mungkin dukungannya kepada Jokowi ditarik bila usulan partai berlambang kakbah itu tidak dilaksanakan. Partai yang dipimpin Romahurmuziy (Romi) ini mengusulkan calon pendamping Jokowi berasal dari kalangan santri. Romi disebut kalangan internal PPP sebagai salah satu santri yang cocok mendampingi Jokowi.
"Kami hanya menyarankan kepada Pak Jokowi untuk bisa menang harus menggandeng figur yang bisa mendongkrak elektabilitas. Yakni, santri, muda, intelektual dan integritas. Jika cawapres Jokowi tidak memenuhi kriteria tersebut maka akan sulit," kata Wakil Sekjen PPP Achmad Baidowi, Kamis (22/2).
(Infografis: Rahmad/era.id)
Di luar empat partai yang sudah mendeklarasikan diri menjadi pendukung Jokowi di Pemilu 2019, ternyata ada partai lain yang membuka komunikasi di belakang.
Sebut saja Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan yang melakukan pertemuan diam-diam dengan Jokowi pada Senin (19/2). Zulkifli mengatakan, pertemuan ini membahas banyak hal, termasuk Pemilu 2019. Zulkifli termasuk yang digadang-gadang di kalangan internalnya untuk jadi cawapres.
"Tentu namanya ketum partai kan bertemu presiden ya ngomong juga soal pilpres, pemilu. Yang paling penting tahun politik harus aman. Kira-kira gitu," kata Zulkifli, Selasa (20/2).
Kemudian, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang beberapa kali nongol di Istana dan hadir dalam sejumlah acara kementerian. Yang paling kentara, ketika duduk di sebelah Presiden Jokowi saat naik kereta bandara beberapa waktu lalu. Nama Cak Imin pun mendapat dorongan dari internal buat dijagokan sebagai cawapres Jokowi.
Tidak hanya dengan partai pendukungnya itu, Jokowi juga mulai intens menata komunikasi politik dengan partai yang membesarkannya, PDIP. Dia pun menyempatkan hadir dalam acara Rakernas PDIP di Bali yang digelar akhir pekan ini, 23 sampai 25 Februari.
Bahkan, tiga hari sebelum Rakernas ini digelar, Jokowi bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Istana Batu Tulis. Katanya sih, acara itu cuma makan malam biasa. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang bilang demikian.
Tapi yang pasti, dalam Rakernas nanti, PDIP akan membahas banyak hal, termasuk hal strategis terkait pelaksanaan Pilkada 2018, serta konsolidasi PDIP menghadapi kontestasi politik Pileg dan Pilpres 2019 mendatang.
"Selain membahas Pilkada serentak dan konsolidasi Pileg dan Pilpres 2019, hal-hal yang berkaitan dengan konsepsi pola pembangunan berdikari mendapat porsi pembahasan yang sangat besar," kata Hasto.
Lalu, siapa ya yang akan dipilih Jokowi sebagai pendampingnya?