Pertama, figur dwitunggal. Saat ini, kata Basarah, bangsa Indonesia menghadapi tantangan hidup yang tidak mudah, salah satunya ancaman ideologi liberalisme, kapitalisme, fundamentalisme, dan radikalisme.
"Capres dan cawapres Indonesia ke depan adalah dua figur yang harus dwitunggal, baik dalam ideologi, pemikiran, maupun sikap kenegaraannya. Jadi, syarat ideologi itu menjadi syarat utama," ujar Basarah di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Sabtu (24/2/2018).
Kedua, mampu mendongkrak elektabilitas, serta menjaring suara pemilih di 2019. "Calon wapres Pak Jokowi adalah tokoh yang dapat menambah elektabilitas Pak Jokowi," tambah dia.
Ketiga, lanjut Basarah, cawapres Jokowi harus punya chemistry. "Capres dan cawapres itu harus betul-betul memiliki chemistry untuk bisa saling bekerja sama," kata dia.
Basarah menambahkan, antara calon presiden dan calon wakil presiden nantinya harus sejalan dan seirama layaknya Bung Karno dan Bung Hatta.
"Jadi antara presiden dan wapres itu harus seperti dua rel kereta api, dia harus kokoh diikat oleh bantalan-bantalan kereta. Ini semacam ideologinya antar presiden dan wapres. Sehingga dia dapat mengantarkan kereta NKRI ini sampai tujuan," pungkas dia.