"Bu Mega menugaskan Mas Prananda dan saya untuk melakukan dialog tersebut," kata Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, di Bali, Sabtu (24/2).
Saat itu, Hasto mengungkapkan Agus yang pertama menyampaikan ingin bertemu Megawati saat pengundian nomor urut partai politik peserta Pemilu 2019 di Gedung KPU, beberapa waktu lalu. Karena alasan tertentu, Megawati menugaskan Prananda dan Hasto mewakilinya menemui Agus.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin meyakini Agus dan Prananda sama-sama membawa pesan pimpinan partai sekaligus orang tuanya itu. Dia juga memprediksi dalam pertemuan itu akan dibahas isu-isu politik termasuk yang berkaitan dengan Pilpres 2019.
Jika terlaksana, kata Ujang, maka pertemuan Agus dengan Prananda dapat mencairkan hubungan SBY dengan Megawati yang beku sejak menjelang Pemilu 2004. Selain itu, terbuka juga peluang Agus dan Prananda jadi jembatan pertemuan SBY dengan Megawati pada waktu selanjutnya.
"Ketua Umun PDIP dan Ketua Umum Demokrat kan merupakan politisi generasi old. Sedangkan AHY dan Prananda merupakan politisi zaman now. Sudah seharusnya ada regenerasi. Pertemuan kedua anak mantan presiden akan mencairkan hubungan kedua tokoh senior tersebut," kata Ujang, kepada era.id, Senin (26/2/2018) malam.
Menurut Ujang, bisa saja Demokrat masuk dalam partai koalisi pendukung Jokowi pada Pemilu 2019 meski kecil peluang bagi Agus menjadi bakal cawapres Jokowi. Adapun PDIP sudah resmi mendukung Jokowi menjadi capres setelah diumumkan Megawati dalam Rakernas III di Bali, akhir pekan lalu.
"Dalam politik tidak ada yang tidak mungkin. Yang dulu menjadi rival, bisa jadi ke depan bergandeng tangan," ujarnya.
Megawati Soekarnoputri bersama Prananda Prabowo (baju hitam) dalam Rakernas III DI Bali, Jumat (23/2/2018). (Istimewa)
Hubungan SBY-Megawati
SBY merupakan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada 2001, SBY mendirikan Partai Demokrat setelah kalah dalam pemilihan calon wakil presiden dalam Sidang MPR. Saat itu, Hamzah Haz terpilih menjadi Wakil Presiden mendampingi Megawati.
Beberapa sumber mengatakan Megawati kecewa pada SBY karena tidak terbuka saat mendirikan Partai Demokrat dan punya tujuan menjadi calon presiden. Pada Maret 2004 SBY mengundurkan diri sebagai menteri dan ikut dalam pertarungan pilpres. Dalam Pilpres 2004, Megawati yang berpasangan dengan Hasyim Muzadi dikalahkan pasangan SBY-Jusuf Kalla.
Setelah rangkaian peristiwa politik itu, sejumlah pihak mencoba mendinginkan suasana dan mempertemukan SBY dengan Megawati, tapi belum berhasil. Bahkan, Megawati tidak pernah hadir dalam peringatan kemerdekaan RI di Istana Merdeka selama SBY menjadi Presiden.
Megawati baru kembali memperingati kemerdekaan RI di Istana Merdeka era Presiden Joko Widodo, pada Jumat (17/8/2017). Saat itu Megawati dan SBY bertemu dan momennya menjadi sorotan.
Pada 2014, Puan Maharani pernah berusaha mempertemukan ibunya dengan SBY, namun gagal karena Ketua Umum Partai Demokrat itu tidak merespons. Puan pernah bercerita, pada 1 Oktober 2014 dia bersama Megawati, Jokowi, Jusuf Kalla, dan Surya Paloh berkumpul di suatu tempat menunggu respons SBY untuk bertemu.
Semua pengurus Demokrat yang dianggap punya jalur khusus pada SBY, kata Puan, juga diminta menjembatani tapi tidak ada hasil. Puan pun mengaku sedih keinginan bertemu tak direspons SBY.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf membantah hubungan SBY dengan Megawati panas. Menurut Nurhayati, SBY selalu mencoba berkomunikasi dengan Megawati.
"Saya kira tidak ada masalah komunikasi antara Pak SBY dengan Bu Mega. Pak SBY selalu mencoba berkomunikasi,” tutur Nurhayati di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/2).