"Alhamdulillah, kami juga bangga karena ini (kriteria cawapres) pas kepada AHY dan kami mohon doa restu dari semua masyarakat Indonesia. Semoga AHY bisa kemudian memimpin dan Demokrat juga ikut kembali menyejahterakan rakyat bersama-sama pemerintah," kata Nurhayati di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Saat ini, kata Nurhayati, putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga. Partai Demokrat juga tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah parpol termasuk dengan PDIP untuk membuka ruang koalisi pada pemilu tahun depan.
Berdasarkan hasil survei Poltracking yang dirilis pada 18 Februari 2018, elektabilitas Jokowi mencapai 57,6 persen, dan Prabowo 33,7 persen. Untuk figur bakal cawapres, figur dengan elektabilitas tertinggi adalah Jusuf Kalla (15,9 persen), Gatot Nurmantyo (7,9 persen), Ridwan Kamil (6,1 persen), Muhaimin Iskandar (5,2 persen), dan Khofifah Indar Parawansa (4,4 persen).
Saat nama Jusuf Kalla tidak dimasukkan dalam survei tersebut, nama Agus Harimurti Yudhoyono menjadi figur dengan elektabilitas tertinggi (12,4 persen).
"Mas Agus Harimurti Yudhoyono memang syukur alhamdulillah ya, karena di berbagai macam survei hasilnya beliau tinggi, khususnya sebagai cawapres," tuturnya.
Kendati elektabilitas Agus tinggi, Partai Demokrat masih melakukan kajian untuk menetapkan figur yang akan diusung pada Pemilihan Presiden 2019.
"Partai Demokrat belum menentukan siapa yang akan diusung ya. Kalau komunikasi politik tentunya kita harus terbuka terhadap siapa saja," kata dia.
PDIP memiliki tiga kriteria cawapres, pertama chemistry, kemudian mampu menambah elektabilitas, dan terakhir cawapres yang diusung harus bisa menggambarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah mengumumkan partainya mendukung Jokowi pada Rakernas III di Bali, akhir pekan lalu.
