Pada Rabu (28/2/2018), sekitar pukul 07.16 WIB, lalu lintas di Tanah Abang sudah macet. Pengemudi Mikrolet, Kopaja, ojek, dan bajaj menunggu penumpang di bahu jalan Jatibaru Raya, sekitar Stasiun Tanah Abang. Akibatnya, hanya satu ruas jalan yang dapat digunakan kendaraan untuk berlalu-lalang.
Pada bagian lainnya, para pedagang masih menjajakan barang-barangnya di trotoar meski jelas ada larangannya. Lalu pada pukul 08.02 WIB, Jalan Jati Baru ditutup karena diperuntukkan sebagai lapak pedagang kaki lima (PKL) di seberang Stasiun Tanah Abang.
Suasana Tanah Abang, Rabu (28/2/2018) (Yohanes/era.id)
Kebijakan penutupan jalan itu berlaku di era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies mengatakan inilah kebijakan yang dia sebut bagian dari usaha menata Tanah Abang agar lebih rapi dan menguntungkan semua pihak, khususnya pejalan kaki. Para PKL digeser ke bahu jalan agar trotoar steril, meski buktinya trotoar masih diokupasi.
Penutupan jalan itu menuai banyak kritik karena trotoar di Tanah Abang tetap jadi lapak jualan sejumlah PKL, menyulitkan kurir, dan mengurangi omzet pedagang di dalam pasar. Namun Anies tetap yakin meneruskan menutup Jalan Jati Baru sejak pagi hingga sore untuk lapak PKL.
Sekitar tiga pekan lalu, ratusan pengemudi angkot berunjuk rasa meminta Anies mencabut kebijakan penutupan Jalan Jati Baru. Pasalnya, kebijakan itu membuat pengemudi angkot sulit mencari penumpang hingga mengurangi penghasilan. Akibat unjuk rasa tersebut, Transjakarta Explorer sempat berhenti beroperasi beberapa hari.
Suasana Tanah Abang, Rabu (28/2/2018) (Yohanes/era.id)
Suasana Tanah Abang, Rabu (28/2/2018) (Yohanes/era.id)